Israel Mengaku Bertanggung Jawab atas Sabotase Meledaknya Jaringan Pipa Gas Utama Iran
TRIBUNNEWS.COM- Israel bertanggung jawab atas sabotase jaringan pipa gas utama Iran sebuah Laporan menyebutkan.
Penghancuran infrastruktur sipil di Iran dianggap sebagai eskalasi besar dalam perang bayangan antara Tel Aviv dan Teheran.
Israel berada di balik serangan rahasia terhadap dua jaringan pipa gas penting di Iran minggu ini, yang mengganggu aliran gas ke jutaan warga di tengah musim dingin, menurut pejabat barat dan ahli strategi militer yang berafiliasi dengan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran yang berbicara dengan New York Times (NYT).
Para pejabat yang tidak disebutkan namanya menyebut serangan sabotase Israel sebagai serangan simbolis yang besar dan “peringatan nyata akan kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh Israel” ketika negara tersebut semakin tenggelam dalam konflik dengan Poros Perlawanan.
Baca juga: Ledakan Pipa Gas di Iran karena Sabotase, Iran Tuduh Israel di Balik Sejumlah Sabotase di Iran
Menurut laporan itu, Tel Aviv juga bertanggung jawab atas ledakan terpisah pada hari Kamis di dalam sebuah pabrik kimia di pinggiran Teheran yang mengguncang lingkungan sekitar dan menimbulkan asap dan api ke udara. Namun, para pejabat Iran mengatakan ledakan pabrik itu disebabkan oleh kecelakaan.
Pada tanggal 14 Februari, dua ledakan menghantam jaringan pipa Iran yang membawa sekitar 57 juta meter kubik gas alam dan mengalir sepanjang lebih dari 1.000 kilometer di provinsi Fars dan Chahar Mahal Bakhtiari. Gangguan ini untuk sementara waktu mengurangi sekitar seperenam produksi gas alam harian Iran, sehingga menyebabkan pemadaman listrik di beberapa wilayah.
“Rencana Israel adalah mengganggu aliran gas di musim dingin ke beberapa kota dan provinsi utama di negara kami,” kata Menteri Perminyakan Iran, Javad Owji, pada hari Jumat.
Dia sebelumnya menyebut ledakan tersebut sebagai tindakan sabotase dan serangan teroris, dan menambahkan bahwa serangan tersebut bertujuan untuk membangkitkan ketidakpuasan dalam negeri.
Pejabat Iran yang tidak disebutkan namanya yang berbicara dengan NYT mengatakan para penyerang “membutuhkan pengetahuan mendalam tentang infrastruktur Iran dan koordinasi yang cermat.”
Tel Aviv memiliki sejarah panjang dalam pembunuhan pejabat dan ilmuwan nuklir Iran dan berada di balik upaya sabotase di beberapa fasilitas nuklir dan militer di Iran.
Serangan Israel terhadap sasaran Iran meningkat sejak awal tahun ini setelah Tel Aviv membunuh dua komandan senior IRGC di Suriah. Pembunuhan tersebut memicu tanggapan tegas dari Teheran, yang mengakibatkan hancurnya dugaan pangkalan Mossad di Irak utara.
Republik Islam juga mengalami salah satu serangan teror terbesar dalam sejarahnya pada bulan Januari ketika militan ISIS membunuh sekitar 100 orang di Kerman dalam sebuah upacara memperingati kematian komandan Pasukan Quds Qassem Soleimani.
Selama perang Suriah, yang berlangsung dari 2011 hingga 2018, para pejabat Israel mengakui memberikan dukungan kepada afiliasi resmi Al-Qaeda di Suriah, Front Nusra, yang merupakan pemisahan dari organisasi induknya, ISIS.
Iran mengatakan ledakan pipa di bagian barat negara itu, di provinsi Chaharmahal dan Bakhtiari, merupakan tindakan teroris.
Ledakan tersebut tidak menimbulkan korban jiwa.
(Sumber: The Cradle)