TRIBUNNEWS.COM - Juru Bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Ashraf al-Qidra mengatakan rumah sakit terbesar kedua di Jalur Gaza, Rumah Sakit al-Nasser sudah tidak lagi berfungsi, Minggu (18/2/2024).
Pertempuran, kekurangan bahan bakar, dan seranga Israel membuat RS Nasser tidak dapat beroperasi.
"Rumah Sakit Al-Nasser di kota selatan Khan Yunis tidak berfungsi pada Minggu (18/2/2024) pagi," ungkap al-Qidra kepada Reuters.
Sejumlah rumah sakit di Gaza telah menjadi titik fokus perang yang berlangsung selama empat bulan terakhir antara Israel dengan kelompok militan Hamas Palestina.
RS Nasser masih menampung banyak pasien yang menderita luka selama perang.
Krisis kesehatan di Gaza juga semakin memburuk, bahkan tidak ada listrik cukup untuk merawat pasien.
"(Rumah Sakit Nasser) ini sudah tidak dapat digunakan lagi. Hanya ada empat tim medis, 25 staf, yang saat ini merawat pasien di fasilitas tersebut," kata Jubir Kementerian Kesehatan Gaza, dilansir Al Jazeera.
Al-Qidra mengatakan pasokan air ke rumah sakit terhenti karena generator tidak berfungsi selama tiga hari.
Akibatnya, limbah membanjiri ruang gawat darurat dan staf yang tersisa tidak dapat merawat pasien kritis.
Kurangnya pasokan oksigen – juga akibat tidak adanya aliran listrik – telah menyebabkan kematian sedikitnya tujuh pasien.
Israel telah menggerebek fasilitas medis dengan tuduhan bahwa Hamas menyimpan senjata dan sandera di rumah sakit.
Baca juga: Israel Menculik 70 Pekerja Medis Rumah Sakit Nasser, Termasuk Dr. Naheed Abu Taaimah, Direktur Bedah
Hamas beroperasi di Gaza yang berpenduduk padat, tetapi menyangkal bahwa mereka menggunakan rumah sakit sebagai perlindungan.
Komunitas internasional mengatakan rumah sakit, yang dilindungi hukum internasional, harus dilindungi.
Invasi darat Israel ke Rafah
Israel kini bersiap untuk menginvasi Rafah, kota paling selatan di Gaza, saat sektor layanan kesehatan di Gaza dihancurkan.