TRIBUNNEWS.COM - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mencurigai anggota komando tingginya dan negara sekutunya mungkin membocorkan informasi kepada Rusia.
Zelensky mengatakan akan ada serangan balasan lagi untuk melawan Rusia.
Namun, kali ini ia lebih berhati-hati untuk membicarakannya karena rencana serangan balasan tahun lalu gagal setelah ada kebocoran informasi.
“Kami punya rencana, rencana yang jelas. Beberapa rencana akan disiapkan karena adanya kebocoran informasi,” ujarnya, dikutip dari The Press United, Senin (26/2/2024).
Bahkan, rencana serangan balasan Ukraina tahun lalu sudah dibahas oleh Rusia di Kremlin, sebelum Ukraina melakukan serangan balasannya.
Oleh karena itu, menurut Zelensky, makin sedikit orang yang mengetahui rencana tersebut maka makin baik.
“Rencana untuk aksi kontraofensif kami pada musim gugur lalu sudah dibahas di Kremlin bahkan sebelum aksi kontra-ofensif tersebut dimulai,” klaimnya.
Dia menjelaskan, mengingat banyaknya tugas yang dihadapi komando tingginya, banyak orang yang perlu dilibatkan, sehingga meningkatkan kemungkinan kebocoran.
“Ada juga beberapa mitra kami yang, untuk memberi kami senjata, mengetahui beberapa arah tindakan kami (di medan perang). Mereka harus mengetahuinya, atau mereka tidak akan mengalokasikan paket yang sesuai. Dan ketika ada begitu banyak orang, musuh punya lebih banyak rincian,” kata Zelensky.
Dia tidak merinci orang-orang yang dia curigai membocorkannya.
Hal ini terjadi di tengah memburuknya situasi medan perang di Ukraina dan kekurangan amunisi akibat berkurangnya bantuan militer dari sekutunya.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-734: Setelah Avdiivka, Rusia Mencaplok Desa Lastochkyne
Menyusul kegagalan serangan balasan Ukraina pada tahun 2023 yang sangat dinantikan, pasukan Rusia mulai membuat kemajuan.
Pekan lalu, Rusia merebut kota Avdiivka setelah pasukan Ukraina menarik diri dari wilayah itu.
Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina, Oleksandr Syrskyi, mengatakan penarikan itu untuk mengatur ulang pasukannya ke posisi yang lebih menguntungkan.