Peringatan Brik dipublikasikan di media Israel, Haaretz dan disampaikan melalui berbagai wawancara media, sehingga menimbulkan gejolak di masyarakat Israel.
“Kemenangan dalam perang tidak dapat dicapai hanya melalui pertempuran taktis atau operasi penyelamatan yang luar biasa,” tegas Brik.
Baca juga: Puluhan Tank Teronggok di Gaza, Mayor Jenderal Israel: Garis Komando IDF dalam Kekacauan Total
Peperangan akan Menjalar ke Yudea dan Samaria
Dia menekankan perlunya strategi politik komprehensif yang mempertimbangkan risiko dan implikasi aksi militer di Rafah.
Ia mengajukan pertanyaan kritis mengenai kelayakan dan konsekuensi relokasi 1,4 juta pengungsi, potensi kepanikan massal, dan krisis kemanusiaan.
Menurut dia, serbuan darat ke Rafah akan memicu konflik meluas, termasuk di Yudea dan Samaria.
Yudea dan Samaria adalah nama teritorial dalam sejarah Alkitab yang saat ini utamanya merujuk kepada Tepi Barat.
Distrik Wilayah Yudea dan Samaria juga salah satu distrik administratif Israel, mengoperasikan Wilayah C di Tepi Barat, kecuali Yerusalem Timur.
“Memasuki Rafah selama bulan Ramadan dapat memicu ketegangan di Yudea dan Samaria,” Brik memperingatkan.
Brik juga menekankan implikasi geopolitik yang lebih luas dari eskalasi militer dengan negara-negara tetangga seperti Mesir dan potensi dampak terhadap posisi internasional Israel.
Menyoroti kompleksitas situasi, Brik mengusulkan pendekatan alternatif yang berfokus pada pembebasan tawanan Israel dan pembentukan pemerintahan sipil internasional untuk menggantikan otoritas Hamas di Gaza.
Ia memperingatkan dampak jangka panjang dari intervensi militer, dan mendesak para pembuat kebijakan untuk memprioritaskan solusi diplomatik dibandingkan tindakan militer.
“Kalaupun kita masuk ke Rafah, kita tidak akan berhasil sepenuhnya melenyapkan Hamas,” pungkas Brik.
“Sebaliknya, kita berisiko mengalami kerusakan parah pada politik, keamanan, dan kekebalan nasional Israel. Kita harus mendorong tercapainya kesepakatan untuk membebaskan para sandera, sehingga memungkinkan kita keluar dari situasi ini dengan bermartabat,” katanya.
(oln/axios/memo/*)