TRIBUNNEWS.COM - Amerika dan Inggris sedang berjuang untuk mematikan serangan rudal Houthi.
Hal ini dikarenakan, pasukan sekutu tersebut menghentikan pengawasan mereka terhadap Yaman delapan tahun lalu menurut analis militer.
Sekutu mendapatkan imbasnya karena gagal mempertahankan operasi intelijen di Yaman ketika mereka kesulitan menemukan sasaran untuk diserang.
Sementara pasukan militan yang didukung Iran tersebut terus melakukan serangan terhadap kapal-kapal pengiriman .
Tidak jelas secara pasti berapa banyak senjata yang disediakan atau dibuat Houthi oleh Iran, kata Fabian Hinz, pakar militer di lembaga think tank IISS.
“Pertanyaannya adalah, apakah Iran hanya mengirim dalam jumlah kecil untuk meningkatkan pengaruh mereka [dengan Houthi] atau apakah mereka membangun persenjataan yang memiliki kedalaman strategis?” kata Hinz kepada The National.
“Pertanyaan lainnya adalah, berapa banyak senjata mereka yang diproduksi secara lokal?”
Kurangnya informasi intelijen yang terperinci telah membuat “hampir mustahil” untuk menentukan seberapa parah kerusakan persediaan rudal Houthi akibat serangan udara pimpinan AS, kata analis militer Tim Ripley.
Namun laporan resmi AS menyatakan bahwa mereka telah menyerang peluncur rudal sebelum diluncurkan, menunjukkan bahwa pengumpulan intelijen secara real-time telah membaik.
Diketahui, setelah berakhirnya kampanye melawan Al Qaeda pada tahun 2015, AS menarik sebagian besar pengawasannya terhadap Yaman, sehingga tidak jelas seberapa besar persediaan yang diberikan Iran kepada Houthi.
Pengumpulan intelijen menjadi lebih sulit dan kemampuan Houthi dalam menyamarkan senjata mereka, yang dikembangkan selama perang sebelumnya di semenanjung tersebut.
Baca juga: Militer Yaman Terafiliasi Houthi Rudal Kapal Israel & Kapal Perang AS: Korban Jiwa di Kapal MSC SKY
“Mereka berusaha menemukan sasaran senjata bergerak di negara yang sangat luas, dimulai dari awal, dan tanpa adanya pasukan tempur di lapangan, sehingga hampir mustahil untuk menilai tingkat kerusakannya,” kata Ripley.
Dan setelah kehilangan dua drone pengintai canggih MQ-9 Reaper di Yaman, AS tidak memiliki lingkungan pengawasan yang baik seperti di Afghanistan , “yang membuatnya agak menantang”, katanya.
Sementara, dalam 150 serangan sekutu sejak serangan pertama pada 12 Januari, AS dan Inggris telah menyerang 120 peluncur rudal, lebih dari 10 rudal permukaan-ke-udara, 40 bangunan penyimpanan dan pendukung, serta 15 bangunan penyimpanan drone , menurut data AS.