TRIBUNNEWS.COM - Kabar pasukan militan Houthi mempersiapkan rudal hipersonik telah sampai di telinga militer Amerika Serikat (AS).
Tak ingin berdiam diri, AS melontarkan peringatan ancaman yang ditimbulkan dari rudal canggih yang bisa menembus pertahanan iron dome Israel itu.
AS juga khawatir, rudal hipersonik akan merusak keamanan maritim.
Bahkan serangan militan Yaman ini meluas jauh dari Timur Tengah.
Newsweek melaporkan, gerakan Houthi bernama Ansar Allah telah menargetkan pelayaran internasional di Laut Merah dan Teluk Aden, kemudian menyita satu kapal kargo dan menembakkan rudal serta drone ke puluhan kapal lainnya.
Ini bertujuan menekan negara-negara agar mengakhiri konflik bersenjata termasuk perang Israel dan hamas di Gaza, Palestina.
Kendati AS juga mengusung misi untuk menghentikan peperangan, tapi Abdul-Malik al-Houthi pemimpin militan, pada Kamis mengumumkan serangan akan diperluas hingga ke Samudera Hindia.
Juru bicara Komando Pusat AS kepada Newsweek mengatakan, Houthi terus mengancam semua kapal yang transit di Laut Merah.
"Jadi ini merupakan kekhawatiran yang berkelanjutan bagi semua negara yang terlibat dalam perdagangan maritim di wilayah tersebut," jelasnya.
Namun pada hari yang sama ketika gerakan Houthi berkomitmen untuk memperluas cakupan kampanye maritim Ansar Allah, muncul laporan tentang dugaan terobosan lain yang dilakukan kelompok tersebut.
Kantor Berita Sputnik milik pemerintah Rusia mengutip sumber militer yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan Ansar Allah telah berhasil menguji senjata hipersonik untuk pertama kalinya.
Baca juga: Poros Persatuan Perlawanan Terbentuk, Houthi-Hamas-PIJ-FPLP Gelar Rapat Bahas Invasi Israel ke Rafah
“Pasukan rudal gerakan ini telah berhasil menguji sebuah rudal yang dapat mencapai kecepatan hingga Mach 8 (10.000 kilometer per jam atau 6.200 mph) dan ditenagai oleh bahan bakar padat,” kata Sputnik mengutip sumber tersebut.
“Yaman berencana untuk mulai memproduksinya untuk digunakan dalam serangan di Laut Merah dan Laut Arab serta Teluk Aden, serta terhadap sasaran di Israel.”
Juru bicara CENTCOM menolak mengomentari penilaian Pentagon tentang apakah Ansar Allah benar-benar serius atas wacana tersebut atau tidak.