TRIBUNNEWS.COM - Rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dapat disimak di sini.
Kelompok Houthi Yaman terus melakukan serangannya terhadap Israel sebagai bentuk solidaritas kepada rakyat Palestina.
Kali ini, sistem pertahanan udara Israel tidak mampu mencegat rudal balistik milik Houthi.
Sementara itu, perang di Ukraina masih terus berlangsung.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengubah taktik perangnya dengan menunjuk panglima Angkatan Laut yang baru.
Selengkapnya, berikut berita populer internasional dalam 24 jam terakhir.
1. Sistem Pertahanan Misil Israel Gagal Cegat Rudal Balistik Houthi, Gempur Pelabuhan Eilat Tanpa Ampun
Sistem pertahanan misil Israel gagal mencegat serangan rudal balistik Houthi Yaman yang sukses menghajar kota pelabuhan Eilat di Israel tanpa ampun.
Tidak ada korban jiwa dalam insiden ini, namun IDF mengatakan pihaknya sedang menyelidiki mengapa sistem pertahanan misil Israel bisa gagal mencegat rudal jelajah tersebut.
“Insiden tersebut adalah kesalahan yang serius dan penting, karena rudal jelajah tersebut tidak terdeteksi oleh sistem anti-udara Israel, yang biasanya memperingatkan pemukim akan serangan yang akan datang sebelum terjadi benturan,” kata koresponden Channel 13, Amlog Boker.
Serangan rudal balistik Houthi Yaman yang berhasil menggempur Pelabuhan Eilat di Israel hingga membuat aktivitas di pelabuhan itu nyaris lumpuh.
Pasukan pendudukan Israel mengakui bahwa sejumlah pemukiman yang berada di dekat Pelabuhan Eelat hancur akibat dihantam sebuah rudal jelajah yang datang dari arah Laut Merah.
Baca juga: Kebobolan Rudal Houthi, Separuh Pekerja Pelabuhan Eilat Israel Bakal Kena PHK
“Rudal tersebut menghindari sistem anti-udara Israel dan meluncur ke wilayah pelabuhan Eliat di selatan Palestina yang diduduki pemukim Israel, ujar pejabat Tel Aviv dikutip dari Al Mayadeen.
2. Ubah Taktik Perang, Putin Tunjuk Panglima Angkatan Laut Rusia yang Baru
Presiden Rusia Vladimir Putin menggelar reshuffle jabatan dengan menunjuk Panglima Angkatan Laut yang baru yakni Laksamana Alexander Moiseev untuk menggantikan laksamana Nikolai Yevmenov yang dipecat beberapa minggu lalu.
Reshuffle ini digelar setelah Ukraina memorak-porandakan armada Laut Hitam Rusia di pelabuhan Krimea, tak ada korban jiwa dalam peristiwa ini namun akibat serangan tersebut 21 kapal andalan Moskow termasuk kapal patroli militer dilaporkan hancur dan tenggelam.
Bahkan beberapa waktu lalu Moskow terpaksa memindahkan kapal-kapalnya dari pangkalan angkatan laut bersejarah Sevastopol di Krimea ke pelabuhan Novorossiysk, lebih jauh ke timur untuk menghindari serangan Ukraina.
Insiden tersebut menjadi hal yang memalukan bagi Moskow, pejabat gedung putih Moskwa menilai Laksamana Nikolai Evmenov telah gagal menjalan tugasnya, alasan tersebut yang membuat Presiden Putin memutuskan untuk melakukan pergantian taktik perang dengan memecat Laksamana Nikolai Evmenov dari jabatan Komandan Armada Laut Rusia pada 12 Maret lalu, dikutip dari Al Jazeera.
3. Paris Akan Kirim 2.000 Tentara ke Ukraina, Rusia: Tentara Prancis Target Prioritas Serangan
Intelijen Rusia mencium adanya upaya untuk mengirimkan sebanyak 2.000 tentara Prancis ke Ukraina.
Kepala Badan Intelijen Luar Negeri (SVR) Rusia Sergey Naryshkin mengungkapkan, Prancis saat ini sedang mempersiapkan langkah-langkah pengiriman serdadunya ke Kiev.
"Tentara Prancis memang akan menjadi, target prioritas yang sah untuk serangan Angkatan Bersenjata Rusia,” kata Naryshkin dikutip dari Russia Today, Rabu (20/3/2024).
Hal ini senada dengan pernyataan PM Prancis Emmanuel Macron bulan lalu bahwa dia tidak dapat mengesampingkan kemungkinan pengiriman tentara Barat untuk membantu Kiev.
Saat itu Macron menuding Rusia adalah musuh, namun ia menyangkal Paris berperang melawan mereka.
Dikutip dari Russia Today, militer dan pejabat tinggi Rusia telah berulang kali menunjuk pada kehadiran tentara bayaran Perancis yang sudah berperang untuk Kiev di lapangan.
Baca juga: Putin Menang Pilpres Rusia, Hamas Berharap Persahabatan dengan Moskow Makin Erat
4. Kronologi 6 WNI di Hong Kong Rampok Jam Tangah Mewah Total Rp 12 Miliar
Enam warga negara Indonesia (WNI) ditangkap Kepolisian Hong Kong (HKPF) atas dugaan terlibat perampokan bersenjata tajam di sebuah toko jam tangan mewah di kota itu.
Nilai perampokan toko jam mewah di daerah Causeway Bay itu dilaporkan mencapai total Rp 12 miliar.
HKPF menduga berbagai kejahatan perampokan tersebut dilakukan oleh sindikat.
Penangkapan dilakukan HKPF pada 28 Februari 2024 setelah enam WNI itu diduga merampok 25 unit jam tangan dengan total nilai enam juta dolar Hong Kong (sekitar Rp12 miliar).
HKPF mengungkapkan enam WNI yang ditangkap terdiri atas tiga perempuan serta tiga laki-laki dengan usia antara 26 hingga 35 tahun.
Kepolisian juga menyebut empat dari enam WNI itu telah melebihi masa izin tinggal, bahkan satu orang mengaku pernah melakukan penyiksaan.
HKPF menegaskan perampokan merupakan kejahatan yang serius dan mereka akan mengejar dan mengadili para pelaku tanpa memandang kewarganegaraan atau status imigrasi mereka.
(Tribunnews.com)