News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Hamas Komentari Resolusi DK PBB soal Gencatan Senjata selama Ramadhan

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nuryanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Duta Besar Linda Thomas-Greenfield, Wakil Tetap Amerika Serikat untuk PBB, menyatakan abstainnya saat pemungutan suara mengenai resolusi yang menuntut gencatan senjata segera di Gaza untuk bulan Ramadhan pada Senin (25/3/2024).

TRIBUNNEWS.COM - Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) mengomentari resolusi yang menuntut gencatan senjata segera di Jalur Gaza selama Ramadhan, yang diadopsi oleh Dewan Keamanan PBB, Senin (25/3/2024).

“Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) menyambut baik seruan Dewan Keamanan PBB hari ini untuk segera melakukan gencatan senjata," kata Hamas dalam pernyataannya, Senin.

Hamas mengatakan perlunya mencapai gencatan senjata permanen yang mengarah pada penarikan semua pasukan Zionis dari Gaza dan mengembalikan para pengungsi ke rumah-rumah yang mereka tinggalkan.

“Kami juga mengonfirmasi kesiapan kami untuk segera terlibat dalam proses pertukaran tahanan yang mengarah pada pembebasan tahanan di kedua sisi," lanjutnya, dikutip dari Al Quds.

Hamas menekankan pentingnya kebebasan bagi warga Palestina di Jalur Gaza dan menuntut pencarian korban meninggal yang masih terkubur di reruntuhan bangunan.

“Dalam konteks teks resolusi, kami menekankan pentingnya kebebasan bergerak warga Palestina dan masuknya semua kebutuhan kemanusiaan ke seluruh penduduk, di seluruh wilayah Jalur Gaza, termasuk alat berat memindahkan puing-puing, sehingga kita bisa menguburkan para martir kita yang tertinggal di bawah reruntuhan selama berbulan-bulan," katanya.

Hamas meminta Dewan Keamanan untuk menekan Israel agar mematuhi gencatan senjata dan menghentikan perang genosida dan pembersihan etnis terhadap rakyat Palestina.

Hamas juga menegaskan hak rakyat Palestina untuk mendirikan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya, serta hak untuk kembali dan menentukan nasib sendiri, sesuai dengan resolusi internasional dan hukum internasional.

“Gerakan Hamas menghargai upaya saudara-saudara di Aljazair dan semua negara di Dewan Keamanan yang mendukung dan mendukung rakyat kami, dan berupaya menghentikan agresi Zionis dan perang pemusnahan," tambahnya.

Dewan Keamanan PBB Sahkan Resolusi Gencatan Senjata Israel-Hamas

Pada hari Senin, Dewan Keamaanan PBB mengadopsi resolusi yang diajukan oleh 10 anggota tidak tetap yang menuntut gencatan senjata di Jalur Gaza selama Ramadhan.

Baca juga: Tok! DK PBB Sahkan Resolusi Gencatan Senjata di Gaza, AS Abstain

Dalam voting yang digelar hari itu, 14 suara menyatakan setuju, tidak ada yang menentang dan satu abstain yaitu Amerika Serikat (AS).

Resolusi 2728 juga menyerukan pembebasan segera para sandera dan menjamin akses kemanusiaan ke Gaza.

Duta besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan, menyebut resolusi tersebut sebagai aib dan mengatakan kurangnya kecaman PBB terhadap Hamas.

Sementara itu, Duta besar Palestina untuk PBB, Riyad Mansour, mengatakan pembantaian warga Palestina harus diakhiri sekarang.

“Cobaan berat yang mereka alami harus diakhiri, dan harus segera diakhiri sekarang juga,” katanya kepada para duta besar, dikutip dari UN.

Ia mengatakan Israel tidak mematuhi perintah Mahkamah Internasional (ICJ) dan malah menggandakan tindakan kriminalnya terhadap warga Palestina saat jumlah kematian melebihi 32.000 jiwa.

Jumlah Korban

Saat ini agresi Israel masih berlanjut di Jalur Gaza, tercatat ada 32.333 kematian warga Palestina dan 74.694 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Senin (25/3/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Xinhua News.

Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023).

Israel memperkirakan, ada kurang lebih 136 sandera yang masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

Sementara itu, ada lebih dari 8.000 warga Palestina yang berada di penjara-penjara Israel, menurut laporan The Guardian pada Desember 2023 lalu.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini