TRIBUNNEWS.COM - Ukraina menembak jatuh 12 drone penyerang yang diluncurkan semalam oleh Rusia, kata Angkatan Udara Kyiv dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa (26/3/2024).
"Drone buatan Iran dihancurkan di wilayah Mykolaiv selatan dan Kharkiv timur," jelas pernyataan Angkatan Udara Ukraina, dikutip dari Al Arabiya.
Selain di dua wilayah tersebut, Ukraina mengatakan drone Rusia juga menyerang wilayah selatan Mykolaiv dan Odesa.
Sejak perang pecah tahun 2022, bisa dibilang Rusia telah menguasai hampir seperempat wilayah Ukraina.
Dalam perkembangan lain, di wilayah timur Kharkiv, penembakan Rusia menewaskan seorang pria berusia 65 tahun.
Pria tua itu tewas di halaman rumahnya, menurut The Guardian.
Fasilitas publik diserang Rusia
Sekitar 300.000 orang di Odessa kehilangan aliran listrik pada Senin (25/3/2024) malam setelah infrastruktur energi di wilayah Laut Hitam rusak.
Dikutip dari The Guardian, Gubernur Rostov, Vasily Golubev mengatakan terjadi kebakaran di pembangkit listrik di wilayahnya, menyusul gelombang serangan pesawat tak berawak Ukraina.
"Dua unit pembangkit listrik di pembangkit listrik Novocherkassk, salah satu yang terbesar di barat daya Rusia," kata Vasily Golubev.
Wilayah Rostov berbatasan dengan Ukraina dan ibu kota wilayah tersebut merupakan markas komando militer untuk serangan Rusia.
Baca juga: Sudah Dibantah Zelensky, Putin Tetap Tuduh Ukraina Terlibat Serangan Teror di Moskow
Biaya besar untuk perbaikan
Menteri Energi Ukraina, German Gerashchenko menyebut untuk memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh serangan Rusia terhadap infrastruktur energi Ukraina mungkin butuh biaya mencapai “miliaran”.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa (UE), Josep Borrell mengatakan bahwa Ukraina telah menerima 500.000 peluru artileri dari aliansi tersebut.
Masih ada satu juta peluru artileri yang dijanjikan akan dikirim ke Kyiv akhir tahun ini.
"Selain itu, industri pertahanan Eropa juga menyediakan 400.000 peluru ke Ukraina melalui kontrak komersial," jelas Borrell.
Republik Ceko ikut berinisiatif untuk membeli amunisi di luar Uni Eropa.
Namun, menurut Borrel hal itu masih jauh dari cukup untuk Ukraina.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)