News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Serangan Berdarah di Moskow

Rusia Minta Telegram Perketat Sistem seusai Apps-nya jadi Alat Komunikasi Teroris di Serangan Moskow

Penulis: Bobby W
Editor: Wahyu Gilang Putranto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aplikasi Telegram di smartphone.Pada Kamis (28/3/2024) Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov ikut menyoroti peran aplikasi Telegram setelah serangan gedung konser Crocus City Hall.

TRIBUNNEWS.COM - Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov ikut menyoroti peran aplikasi Telegram setelah serangan gedung konser Crocus City Hall.

Berdasarkan penyelidikan lebih lanjut oleh pihak berwajib, diketahui aplikasi tersebut dijadikan sebagai alat komunikasi bagi para teroris dalam penyerangan di hari Jumat (22/3/2024) lalu.

Para tersangka pelaku pembantaian Jumat lalu dilaporkan menggunakan fitur grup Telegram, yang beroperasi atas nama organisasi ISIS.

Menanggapi temuan tersebut, Peskov menilai Telegram harus bekerja lebih keras untuk mencegah teroris menggunakan platformnya

Dikutip Tribunnews dari Russian Today, hal ini diungkapkan Peskov terkait rumor ditutupnya aplikasi messenger tersebut karena perannya dalam serangan di  Crocus.

Peskov menegaskan aplikasi tersebut tak akan mengalami larangan operasi di Rusia karena serangan teroris tersebut.

Ia menilai pokok masalahnya bukan terkait izin operasi Telegram di Rusia, melainkan kesadaran dari pemiliknya, Pavel Durov, untuk “lebih memperhatikan” penyalahgunaan di platform tersebut.

“Telegram merupakan layanan unik dan fenomenal bila kita melihatnya dari segi teknologi yang kian berkembang pesat di generasi kita, namun begitu di sisi negatifnya alat ini juga menjadi efektif dipakai teroris untuk tujuan meneror,” kata Peskov kepada tabloid online Rusia, Life Kamis (28/3/2024).

"Layanan unik dan fenomenal secara teknologi ini, yang berkembang pesat di generasi kita, semakin menjadi alat bagi para teroris, digunakan untuk tujuan teror," kata Peskov kepada tabloid online Rusia, Life.

Wirausahawan teknologi berbasis Dubai yang lahir di Rusia ini sebelumnya juga telah menghadapi tuduhan kurangnya moderasi yang memadai di platform tersebut selama bertahun-tahun.

Menghadapi beberapa kritik tersebut, Durov mengatakan kepada surat kabar Inggris Financial Times bahwa dia mewacanakan rencana untuk menggunakan mekanisme kecerdasan buatan untuk mengatasi masalah tersebut.

Baca juga: Etnis Tajik di Rusia Hadapi Gelombang Rasisme Usai Teror di Moskow

Meski begitu, Durov secara prinsip mengatakan dia percaya bahwa Telegram seharusnya tidak mengawasi orang dalam cara mereka menyatakan dirinya di saat berkomunikasi.

Sebelumnya,  Rusia telah mengidentifikasi empat orang sebagai tersangka yang terlibat langsung dalam serangan senjata dan pembakaran yang menewaskan lebih dari 140 orang.

Mereka ditangkap beberapa jam setelah kejadian di sebuah wilayah Rusia yang berbatasan dengan Ukraina.

Presiden Vladimir Putin menggambarkan para pelaku sebagai kelompok Islamis radikal.

Dia juga menyarankan bahwa Islamic State Khorasan, yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut, mungkin bukan dalang sebenarnya.

Juru bicara sistem pengadilan St. Petersburg, Darya Lebedeva, melaporkan pada hari Rabu bahwa seorang pria yang diduga anggota dari obrolan Telegram yang sama ditemukan melanggar hukum migrasi Rusia.

(Tribunnews.com/Bobby Wiratama)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini