Perdana Menteri Lebanon Mengutuk Serangan Terhadap Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Lebanon Selatan
TRIBUNNEWS.COM- Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati pada hari Sabtu mengutuk serangan terhadap Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL).
Serangan itu melukai tiga tentara dan seorang warga sipil, lapor Anadolu Agency.
Dalam panggilan telepon kepada Panglima Pasukan UNIFIL, Mikati menyatakan “Solidaritasnya dengan pasukan internasional setelah kendaraan UNIFIL menjadi sasaran, yang menyebabkan sejumlah orang terluka,” menurut Kantor Perdana Menteri.
Jenderal Lazaro memberi tahu perdana menteri Lebanon bahwa UNIFIL sedang menyelidiki insiden tersebut.
Sebelumnya pada hari Sabtu, setidaknya satu warga sipil dan tiga tentara dari Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) terluka dalam serangan Israel yang menargetkan kendaraan mereka di selatan negara itu, menurut media resmi.
Sementara itu, UNIFIL menyatakan keprihatinannya atas meningkatnya kekerasan di Jalur Biru saat ini.
Mengomentari insiden tersebut, tentara Israel membantah menargetkan kendaraan UNIFIL di daerah Rmeish di Lebanon selatan.
Ketegangan berkobar di sepanjang perbatasan antara Lebanon dan Israel di tengah baku tembak antara pasukan Israel dan Hizbullah, yang merupakan bentrokan paling mematikan sejak kedua belah pihak terlibat perang skala penuh pada tahun 2006.
Sekjen PBB Mengutuk Ledakan Menargetkan Pasukan PBB di Lebanon, Mendesak Kepatuhan Gencatan Senjata
Sekjen PBB, Antonio Guterres mengutuk ledakan yang menargetkan pasukan penjaga perdamaian di Lebanon dan mendesak kepatuhan gencatan senjata.
Sekjen PBB mengutuk ledakan yang menargetkan patroli Kelompok Pengamat Lebanon (OGL) dan melukai tiga pengamat militer PBB dan seorang asisten bahasa, kantor berita Anadolu melaporkan.
Kecaman Antonio Guterres terhadap ledakan tersebut disorot dalam pernyataan dari kantor juru bicaranya yang menekankan perlunya menjamin keselamatan dan keamanan pasukan penjaga perdamaian setiap saat.
“Situasi di sepanjang Garis Biru antara Lebanon dan Israel sejak 8 Oktober tahun lalu, dengan baku tembak setiap hari antara kelompok bersenjata non-negara yang berbasis di Lebanon dan Pasukan Pertahanan Israel, terus menjadi keprihatinan yang serius,” katanya.
Pernyataan tersebut mengungkapkan keprihatinan besar atas meningkatnya kekerasan di sepanjang Garis Biru dan mendesak semua pihak untuk menahan diri dari pelanggaran lebih lanjut terhadap gencatan senjata.