AS Pura-pura Kaget 7 Relawan Kemanusiaan Terbunuh di Gaza, Faktanya AS Pasok Senjata Bom ke Israel
TRIBUNNEWS.COM- Amerika Serikat telah mengizinkan pengiriman bom baru ke Israel.
Washington diam-diam membanjiri Israel dengan senjata sejak Oktober, meskipun masyarakat menyatakan ketidakpuasan terhadap genosida yang sedang berlangsung di Palestina.
Pemerintah AS minggu ini mengizinkan pengiriman baru lebih dari 1.000 bom MK82 seberat 500 pon dan 1.000 bom berdiameter kecil ke Israel, menurut beberapa sumber yang berbicara dengan CNN.
Otorisasi tersebut dilaporkan dikeluarkan pada tanggal 1 April, beberapa jam sebelum tentara Israel mengebom konvoi kemanusiaan tiga mobil berturut-turut di Jalur Gaza, menewaskan tujuh pekerja relawan yang membagi-bagikan makanan.
Kemarahan global menyusul serangan ini, yang terjadi setelah lebih dari 190 pekerja bantuan di Gaza dan Tepi Barat terbunuh dalam hampir enam bulan perang genosida yang dilancarkan oleh Tel Aviv.
Selain itu, 14.500 anak-anak dan lebih dari 9.000 wanita telah dibantai oleh tentara Israel sejak bulan Oktober.
Meskipun media Barat terus-menerus melaporkan adanya “frustasi” dan “kemarahan” di Gedung Putih atas kebrutalan yang terjadi di Gaza, Presiden AS Joe Biden dengan jelas menyatakan bahwa bantuan militer untuk Israel tidak ada batasnya.
Pekan lalu, Gedung Putih memberi lampu hijau untuk penjualan 50 jet tempur F-15 ke Israel, dalam kesepakatan yang diperkirakan bernilai lebih dari $18 miliar.
Meskipun pesawat-pesawat tempur tersebut diperkirakan baru akan tiba di Israel pada tahun 2029, kesepakatan tersebut terjadi pada saat Tel Aviv secara signifikan meningkatkan provokasinya terhadap Iran dan mengancam untuk memperluas perang melawan Lebanon.
Sejak 7 Oktober, Washington diam-diam telah melakukan lebih dari 100 penjualan peralatan militer asing ke Israel tanpa persetujuan Kongres.
Pemerintah AS juga telah turun tangan untuk membela Israel dari tuduhan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) dan memotong dana selama satu tahun ke Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA) sebagai tanggapan atas kampanye kotor Israel yang mendiskreditkan.
(Sumber: The Cradle)