TRIBUNNEWS.COM - Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Direktur Jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesus mengimbau agar pasien yang berada di Rumah Sakit Al-Shifa untuk segera dievakuasi.
Tedros mengaku khawatir akan makin banyak korban jiwa yang timbul.
Pasukan Pertahanan Israel belum lama ini mundur dari Rumah Sakit Al-Shifa setelah mengepung fasilitas medis itu selama dua minggu, terhitung sejak 18 Maret 2024 kemarin.
"Hancurnya Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza mungkin berarti diperlukan lebih banyak evakuasi medis," kata Tedros, Rabu (3/4/2024), dikutip dari Channel News Asia.
"Jika evakuasi ini tidak dilakukan dengan cepat, hal ini dapat menyebabkan lebih banyak kematian," lanjutnya.
“Proses evakuasi harus dipercepat,” ujar Tedros.
Ia menegaskan, kalau tidak dilakukan evakuasi secepatnya, "kita akan kehilangan banyak orang dan banyak nyawa".
Perwakilan WHO untuk Tepi Barat dan Gaza, Richard Peeperkorn menyebut bahwa penghancuran Rumah Sakit Al Shifa akan menyebabkan "ribuan orang kehilangan layanan kesehatan".
Senada dengan seruan Tedros, Peeperkorn mengatakan para pasien harus dipindahkan ke fasilitas kesehatan lain di wilayah utara Palestina yang dilanda perang, dan sudah kesulitan untuk tetap berfungsi.
“Kita harus menyadari bahwa layanan kesehatan yang disediakan di Gaza tidak mencukupi,” katanya.
"Sistem kesehatan saat ini sedang lemah seperti yang sering kita katakan... Ini tidak cukup. Tidak lengkap," paparnya.
Baca juga: Dokter Ternama di Gaza Ditemukan Tewas di Bawah Reruntuhan usai Israel Gempur RS Al-Shifa 14 Hari
Sejauh ini, hanya 10 dari 36 rumah sakit di Gaza yang masih dapat berfungsi meski hanya sebagian, kata Tedros, dikutip dari Reuters.
Tedros mengatakan WHO sedang berusaha mengunjungi tempat di mana Al Shifa berdiri untuk berbicara dengan staf dan melihat apa yang bisa diselamatkan, namun situasi di lapangan tampak “bencana”.
Al Shifa, rumah sakit terbesar di Jalur Gaza sebelum perang dengan 750 tempat tidur dan banyak ruang operasi.
Rumah Sakit Al -Shifa adalah salah satu dari sedikit fasilitas kesehatan yang sebagian beroperasi di utarra Gaza sebelum serangan tersebut.
Israel mengaku telah melenyapkan ratusan pejuang Hamas yang bermarkas di fasilitas medis tersebut.
Namun, Hamas dan staf medis Rumah Sakit Al-Shifa membantah tuduhan tersebut.
Rekap perkembangan terkini perang Israel-Hamas
- Dilansir Al Jazeera, Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa “gencatan senjata segera” diperlukan untuk “melindungi warga sipil yang tidak bersalah”.
Dalam seruannya, Biden juga menyoroti bahwa gencatan senjata dibutuhkan untuk “memperbaiki situasi kemanusiaan”.
Keduanya terhubung dalam panggilan telepon, dengan percakapan yang sedikit menegangkan. - The Washington Post melaporkan bahwa AS menyetujui pengiriman ribuan bom ke Israel.
Laporan itu dipublikasikan pada hari yang sama ketika serangan udara Israel menewaskan tujuh pekerja bantuan World Central Kitchen (WCK) di Gaza. - Menanggapi serangan pekerja bantuan, Israel menyebut bahwa laporan mengenai serangan konvoi bantuan akan diumumkan ke publik “dalam beberapa minggu mendatang, jika sudah jelas”.
- Setelah serangan mematikan itu, WCK dan kelompok bantuan lainnya mengatakan mereka menghentikan pengiriman bantuan melalui laut.
“Israel sengaja membuat pilihan untuk membuat warga sipil kelaparan,” kata Direktur Eksekutif Oxfam International, Amitabh Behar.
Organisasi tersebut mengatakan bahwa orang-orang di Jalur Gaza utara menerima kurang dari 12 persen kalori harian yang direkomendasikan. - Setidaknya empat orang, termasuk seorang paramedis, tewas dalam serangan udara Israel yang menghantam tim penyelamat di Beit Hanoon di Gaza utara, kata seorang pejabat kesehatan.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)