Setelah 14 Hari, Israel Mengubah Rumah Sakit Al-Shifa Jadi Rumah Pembantaian, Kata Para Saksi Mata
TRIBUNNEWS.COM- Setelah 14 hari, Israel mengubah Rumah Sakit Al-Shifa menjadi 'kompleks kematian', kata para saksi mata.
Staf medis, pasien, pengungsi yang terjebak di dalam rumah sakit selama serangan dua minggu tentara Israel.
Tentara Israel melakukan "pembantaian yang mengerikan" dalam serangan yang menghancurkan Rumah Sakit Al-Shifa di barat Kota Gaza, menurut para saksi.
Tiga saksi Palestina yang berada di dalam rumah sakit selama penggerebekan selama dua minggu di rumah sakit dan sekitarnya berbicara kepada Anadolu.
Tentara Israel keluar dari rumah sakit pada Senin pagi setelah serangan selama 14 hari, menyebabkan puluhan orang tewas dan menimbulkan kerusakan besar.
Perawat Loay Abu Asi sedang bekerja di dalam gedung operasi Rumah Sakit Al-Shifa ketika tentara Israel menggerebek rumah sakit tersebut saat fajar pada tanggal 18 Maret.
“Sebelum menyerbu rumah sakit, sebuah ruangan di dalam gedung operasi dihantam, menyebabkan beberapa pengungsi tewas, dan beberapa staf medis terluka. Setelah itu, gerbang rumah sakit diserbu dan seluruh bangunan rumah sakit berada di bawah blokade pasukan Israel,” Loay menceritakan.
Baca juga: Israel Pertimbangkan Kekhawatiran AS atas Operasi Militer di Rafah, Israel-AS Gelar Rapat Virtual
Dia mengatakan bahwa pasukan Israel kemudian mulai memperingatkan orang-orang di dalam melalui pengeras suara untuk tidak bergerak atau berdiri di depan jendela.
“Kami tinggal selama 24 jam di dalam gedung tanpa bergerak, sementara peluru Israel menghantam gedung, komunikasi dan listrik terputus, dan tidak ada air atau makanan,” tambah Loay.
Keesokan harinya, pasukan Israel memerintahkan orang-orang di dalam gedung operasi untuk keluar, menangkap puluhan orang, dan menyuruh yang lain untuk mengungsi ke arah selatan Jalur Gaza.
Mereka kemudian memerintahkan staf medis untuk keluar dari gedung, katanya, sambil menambahkan: “Mereka menangkap sejumlah dokter, memaksa mereka melepas pakaian dan menyiksa mereka di halaman rumah sakit.”
“Mereka memanggil nama kami satu per satu, menginterogasi kami sambil menanggalkan pakaian kami,” kata Loay.
Loay mengatakan dia juga ditangkap selama 12 jam, diinterogasi dan dipukuli sebelum dibebaskan.