TRIBUNNEWS.COM -- Ukraina mulai menunjukkan sikap tak senangnya pada Amerika Serikat (AS). Pasalnya janji Presiden AS Joe Biden untuk memberikan bantuan senjata sebesar 60 miliar dolar AS, atau hampir Rp 1.000 triliun tak juga terealisasi.
Sementara Rusia yang menginvasi negara itu telah sedikit demi sedikit terus menguasai wilayah-wilayah di Donbass dan Ukraina bagian selatan.
Tak hanya itu, pasukan Vladimir Putin kini mengubah taktik dengan menghancurkan sebagian besar infrastruktur energi hingga tenaga listrik di negeri itu sebagian besar lumpuh.
Menteri Luar Negeri Dmytro Kuleba mengungkapkan kedongkolan Ukraina karena AS dianggap mengulur-ulur bantuan.
Baca juga: Pernyataan Vladimir Putin Soal Ulah Rusia yang Bikin Fasilitas Energi Ukraina Babak Belur
“Anda mesti memikirkan kepentingan Anda sendiri,” kata Kuleba kepada Rada TV, Minggu (14/4/2024).
Sponsor utama bantuan Ukraina itu belum mampu mengirimkan paket bantuan karena terganjal oleh parlemen AS yang memblokir usulan hingga waktu yang belum ditentukan, sementara Presiden Volodymyr Zelensky telah menantinya berbulan-bulan, sejak paket bantuan itu diusulkan oleh Senat AS.
Karena kekesalan itu, Kuleba mengatakan bahwa militer negaranya tidak akan menghiraukan peringatan AS agar tidak membalas menyerang fasilitas energi Rusia.
Sebelumnya Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menyatakan prihatin terhadap Ukraina yang menyerang infrastruktur energi Rusia, hingga menyebabkan harga minyak dunia langsung melonjak.
Kuleba meminta AS agar memberi bantuan ke Kiev tanpa pamrih.
“Jika mitra Anda mengatakan: ‘Kami memberi Anda tujuh baterai Patriot, tetapi kami memiliki permintaan untuk Anda, mohon jangan lakukan ini dan itu,” ujarnya.
Ia juga meminta agar AS tak perlu banyak bicara atau memperingatkan Ukraina jika paket bantuan militer tersebut tidak juga cair.
Kuleba juga menambahkan jika bantuan tak juga dikirimkan, maka Ukraina tetap akan berjuang sendiri. “Tidak ada baterai, tidak ada paket bantuan. Semua orang bertahan hidup sebaik mungkin,” tambahnya.
Baca juga: Intel Ukraina Sebut Rusia Pindahkan 2.400 Tentaranya dari Suriah ke Ukraina
Menlu Ukraina mengaku memahami apa kata Menhan Austin, tetapi dia tidak melihat “hubungan sebab-akibat dalam masalah ini.”
Ketika sebuah kilang di Rusia “meledak”, jelasnya, permasalahan yang diakibatkannya terbatas pada pasar energi Rusia, klaimnya, dan dalam hal apa pun, Ukraina harus memprioritaskan kepentingannya sendiri.
Serangan pesawat tak berawak Ukraina telah menargetkan beberapa kilang Rusia sejak awal Maret. Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu menyatakan bahwa Kiev telah melakukan terorisme dan serangan jarak jauh terhadap penduduk sipil Rusia dalam upaya untuk “meyakinkan negara-negara Barat yang mendukungnya akan kemampuannya melawan Tentara Rusia.
”Hal ini terlepas dari fakta bahwa Kiev belum mencapai keberhasilan nyata di medan perang," tambah menteri tersebut.
Negara-negara Barat di Kiev sebelumnya menyatakan kekhawatirannya bahwa serangan Ukraina jauh ke wilayah Rusia dengan senjata yang disediakan anggota NATO dapat memicu konflik yang lebih luas.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan awal bulan ini bahwa Washington tidak mendukung serangan Ukraina di tanah Rusia.
Austin kemudian menyatakan bahwa Kiev dapat fokus pada sasaran militer karena serangan terhadap infrastruktur minyak bumi dapat mengguncang pasar internasional.
Sementara Ketua Komite Intelijen, Mike Turner dari Partai Republik, dalam wawancara dengan NBC News mengatakan, parlemen AS segera mempertimbangkan bantuan ke Kiev pada minggu ini.
"Rusia mulai mendapatkan kekuatan. Ukraina mulai kehilangan kemampuan untuk mempertahankan diri. AS perlu mengambil tindakan dan memberikan senjata yang dibutuhkan Ukraina. Dan saya pikir kita akan melihat dukungan yang sangat besar mengenai masalah ini di DPR pada tahun ini," kata anggota kongres itu.
Turner tidak merinci versi RUU bantuan Kiev mana yang akan dipertimbangkan parlemen.
Ketua parlemen AS Mike Johnson sebelumnya mengatakan bahwa bantuan AS untuk Ukraina akan disetujui kalau ada imbal baliknya.
Mike Johnson mengatakan ia akan mengusulkan rancangan undang-undangnya sendiri, yang menurutnya bantuan ke Ukraina akan ditransfer ke basis kredit, dan persyaratan tertentu mengenai kebijakan dalam negeri akan ditetapkan untuk Gedung Putih AS.
Namun, tingkat kesiapan dokumen tersebut saat iibelum diketahui. Johnson menyatakan belum menemukan pemahaman bersama dengan Biden mengenai masalah ini.