Brigadir Jenderal atau Brigjen Amir Ali Hajizadeh adalah komandan Pasukan Dirgantara Korps Garda Revolusi Islam Iran atau (IRGC-AF).
Brigjen Hajizadeh memainkan peran penting dalam pengembangan, proliferasi, dan penggunaan program drone dan rudal Iran.
Militer Iran hari ini bertumpu pada kekuatan rudal dan drone-drone mereka: pilihan yang lebih murah dan rasional ketimbang ikut "berlomba" di sektor pesawat tempur maupun kapal-kapal perang bertonase raksasa.
Jika hari ini kapabalitas drone dan rudal Iran mencengangkan banyak pihak, termasuk musuh-musuh mereka, hal itu tak bisa dilepaskan dari peran sentral Brigjen Hajizadeh.
Sejak kematian Qassem Soleimani, mendiang komandan Pasukan Quds IRGC, Hajizadeh telah memimpin IRGC-AF yang lebih aktif dan tegas.
Panjangnya masa jabatan sebagai Komandan IRGC-AF merupakan tanda keyakinan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei, terhadap kemampuan pria kelahiran Teheran, 28 Februari 1962.
3. Sederet Sistem Pertahanan Udara Iran untuk Lawan Serangan Balasan Israel, Ada S-300 Rusia
Israel diperkirakan akan melancarkan serangan balasan ke Iran dalam waktu dekat.
Wall Street Journal menyebut, perkiraan itu didasarkan pada informasi dari tiga pejabat tinggi di Barat.
Meski serangan balasan itu sudah dekat, Amerika Serikat (AS) yang menjadi sekutu dekat Israel meminta negara Zionis itu untuk untuk mengurungkan niatnya.
“Kami tidak akan ikut serta dalam operasi serangan apa pun terhadap Iran,” kata pejabat AS kepada Wall Street Journal, dikutip dari Times Now News.
Baca juga: Eropa dan AS Desak Israel Tahan Diri usai Serangan Iran, Diminta Menjauh dari Eskalasi Timur Tengah
Di sisi lain, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut Timur Tengah kini berada dalam situasi berbahaya.
“Warga kawasan itu menghadapi bahanya nyata konflik berskala penuh. Ini saatnya untuk meredakan [situasi] dan melakukan deeskalasi,” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Seperti PBB, Uni Eropa dan Group of Seven (G7) juga mendesak dicegahnya eskalasi di Timur Tengah.