TRIBUNNEWS.COM -- Wilayah pendudukan Rusia di selatan Ukraina pada Sabtu (13/4/2024) malam tiba-tiba digegerkan dengan ledakan keras.
Rudal balistik yang ditembakkan itu mengincar fasilitas infrastruktur yang dikelola oleh pasukan Vladimir Putin.
Akan tetapi rudal itu hancur di tengah jalan setelah dibentengi oleh rudal pertahanan Rusia.
Baca juga: Iran Ternyata Gunakan Gaya Rusia saat Serang Israel, Ini Analisis Pengamat Militer
Puing-puing rudal Storm Shadow kiriman Inggris itu jatuh di wilayah Dnieper merusak sejumlah rumah dan melukai sebanyak 12 orang.
Pusat Slavyansk diserang oleh roket di pagi hari. Menurut pihak berwenang, dua bangunan bertingkat tinggi rusak. Rekaman publik menunjukkan kawah besar di halaman dan banyak bangunan rusak.
Sore itu, Poltava kedatangan roket berdaya ledak besar. Wilayah selatan Ukraina yang direbut oleh Rusia hari ini diserang oleh rudal udara. Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan jatuhnya dua rudal serupa di Berdyansk, di mana asap terlihat membubung di lokasi pendaratan.
Kemudian Federasi Rusia mengumumkan dua serangan besar-besaran Storm Shadow di Krimea. Dinyatakan bahwa semua sasaran udara ditembak jatuh saat mendekati semenanjung dan terdapat “provokasi dengan peluncuran ke arah Jembatan Krimea.”
Media Ukraina, mengutip sumber, melaporkan bahwa sebuah pos komando di Krimea, tempat para perwira tinggi Rusia berada, terkena serangan rudal.
Media Barat kembali menyoroti topik “permintaan” Amerika kepada Ukraina untuk berhenti mengebom kilang minyak Rusia.
Baca juga: Navigasi dari China-Rusia Kunci Sukses Presisinya Rudal Iran Hantam Israel
Pasalnya, sasaran yang menjadi target diduga keras adalah infrastruktur penyimpanan bahan bakar minyak (BBM) atau kilang minyak Rusia.
Wakil Presiden AS Kamala Harris secara pribadi meminta Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk menghentikan serangan terhadap kilang Rusia pada bulan Februari di Konferensi Keamanan Munich.
Namun diaporkan oleh Washinton Post presiden Zelensky menolak rekomendasi ini.
Permintaan tersebut, kata sumber tersebut, membuat marah Zelensky dan para pembantunya, yang memandang serangkaian serangan pesawat tak berawak Kiev terhadap fasilitas energi Rusia “sebagai titik terang yang langka” dalam perang dengan Rusia.
Ukraina menolak karena tidak mengetahui apakah hal tersebut mencerminkan posisi konsensus pemerintahan Biden. Namun pada minggu-minggu berikutnya, Washington memperkuat peringatan tersebut dalam berbagai percakapan dengan Kiev.
Dab kenyataannya Ukraina justru melipatgandakan upayanya dan melancarkan serangkaian serangan lebih lanjut. Insiden tersebut “memperburuk ketegangan dalam hubungan yang sudah tegang” setelah bantuan AS ke Ukraina terhenti di Kongres.
Para pejabat AS mengatakan secara anonim bahwa serangan terhadap kilang-kilang Rusia tidak hanya dapat meningkatkan harga dan inflasi, hal yang tidak diinginkan Biden pada tahun pemilu. Namun kenaikan harga energi juga “berisiko melemahkan dukungan Eropa terhadap bantuan kepada Ukraina.”
Strana melaporkan pemeritahan Zelensky beralasan bahwa serangan hanya menonaktifkan peralatan sebentar, tetapi tidak menghancurkan seluruh kilang.
Sementara Federasi Rusia terus menggempur wilayah Ukraina dan menimbulkan kerusakan yang jauh lebih signifikan pada sektor energi Ukraina.
Karenanya, Menteri Luar Negeri Kuleba menegaskan bahwa Kyiv bermaksud untuk terus mengabaikan rekomendasi Washington. Penyebabnya adalah kurangnya bantuan AS ke Ukraina.
“Saya tidak percaya, dan saya pikir tidak ada seorang pun di Ukraina yang akan percaya, bahwa Angkatan Darat AS yang besar tidak memiliki setidaknya satu baterai Patriot, yang dapat menyelamatkan infrastruktur bernilai miliaran dolar di Ukraina dan nyawa warga Ukraina yang tak ternilai harganya," ujar Kuleba.
Kuleba menegaskan bahwa infrastruktur Ukraina sudah sangat rapuh akibat serangan Rusia dan membutuhkan sistem pertahanan yang mumpuni.
Salah satu sistem yang terbukti bisa membendung rudak-rudal Rusia adalah peluncur Patriot.
"Saya ulangi pertanyaan saya: apakah Anda percaya bahwa Amerika tidak dapat memberikan satu baterai pun sekarang? Jika mitra kami mengatakan Kami akan memberi Anda tujuh baterai Patriot besok, tetapi kami memiliki permintaan untuk Anda: Anda tidak perlu melakukan ini dan itu,” ucapnya dikutip dari Strana.
Sementara itu, Ukraina bersiap untuk lebih aktif menyerang peralatan Rusia di garis depan. Zelensky diperlihatkan analog Ukraina dari drone Lancet Rusia.
“Menurut data awal, pasukan Ukraina menembakkan dua rudal Storm Shadow ke Lugansk,” kata perwira petugas penegak hukum di Republik Rakyat Lugansk (LPR).
Sebelumnya pada hari Sabtu, seorang reporter TASS mengatakan ledakan terdengar di lingkungan Lugansk dan beberapa gedung apartemen rusak. Layanan darurat sedang bekerja di lokasi kejadian.
Tiga warga sipil Lugansk terluka dalam serangan itu, tulis Vladimir Rogov, ketua gerakan We Are Together with Russia di saluran Telegramnya.
Sebelumnya, Kepala LPR Leonid Pasechnik mengatakan, pada Sabtu pagi, Ukraina telah menembakkan beberapa rudal ke pabrik pembuatan mesin lokal yang akan diluncurkan. Blok apartemen yang berdekatan juga rusak, tambahnya.
Serangan terhadap Lugansk tersebut, jelasnya, merupakan yang pertama sejak Mei 2023.
Sementara AS pada dasarnya mengesampingkan kemungkinan menugaskan angkatan bersenjatanya untuk mencegat rudal dan drone Rusia yang ditembakkan sebagai bagian dari operasi militer khusus di Ukraina, bahkan setelah Washington membantu Israel mengusir serangan udara dari Iran.
“Konflik berbeda, wilayah udara berbeda, gambaran ancaman berbeda,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby pada konferensi pers, ketika ditanya apakah opsi ini realistis mengenai Ukraina.
Ia mengaku telah mengantisipasi pertanyaan tersebut, namun Presiden AS Joe Biden telah menegaskan bahwa AS tidak akan mengambil peran tempur di Ukraina.