TRIBUNNEWS.COM - Konflik Israel dan Iran terancam meluas saat Israel berencana melancarkan serangan balasan terhadap Iran yang menghujani wilayahnya dengan ratusan drone dan rudal pada Minggu (14/4/2024) dini hari lalu.
Iran pun tak tinggal diam untuk hadapi serangan balik Israel.
Komandan atau panglima perang dari masing-masing pihak menjadi sorotan.
Siapa sajakah tokoh penting dalam melancarkan strategi perang?
Berikut ulasannya dikutip Tribunnews.com dari berbagai sumber:
1. Israel
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) adalah satu-satunya sayap militer pasukan keamanan Israel.
IDF dipimpin oleh Kepala Staf Umum, yang berada di bawah Kabinet.
Kepala Staf Umum atau yang juga dikenal sebagai Panglima Pasukan Pertahanan Israel saat ini dijabat oleh Herzi Halevi (56).
IDF terdiri dari angkatan darat, angkatan udara, dan angkatan laut.
IDF didirikan pada Perang Arab-Israel tahun 1948.
IDF terlibat dalam beberapa perang besar dan konflik perbatasan, menjadikannya salah satu angkatan bersenjata yang paling terlatih dalam pertempuran di dunia.
Baca juga: 4 Strategi Iran Mencegah Serangan Balasan Israel, Potensi Cyber Attack Ikut Diwaspadai
Profil Panglima IDF Herzi Halevi
Herzi Halevi lahir pada 17 Desember 1967 di Yerusalem.
Dikutip dari economist.com, ia dinamai berdasarkan nama pamannya, yang terbunuh dalam aksi beberapa bulan sebelumnya dalam Perang Enam Hari.
Keluarga ibunya tinggal di kota tersebut selama 14 generasi; kakek nenek dari pihak ayah beremigrasi dari Rusia.
Kakeknya adalah anggota Irgun, kelompok paramiliter Zionis yang aktif pada tahun-tahun menjelang berdirinya Israel.
Halevi memulai dinas militer regulernya pada usia 18 tahun, sebagai penerjun payung, dan mulai pelatihan menjadi perwira dua tahun kemudian.
Pada tahun-tahun awal kariernya, ia bertempur dengan Hizbullah.
Ia bergabung dengan Sayeret Matkal, sebuah unit pasukan khusus yang melakukan operasi rahasia jauh di negara-negara Arab, yang akhirnya ia pimpin.
Halevi selanjutnya memimpin sebuah brigade di Tepi Barat yang diduduki.
Pada 2009, ia memimpin pasukan terjun payung di Gaza, dalam serangan darat di kota-kota di utara kota Gaza di mana IDF bertempur sekali lagi.
Sebagai komandan Divisi Galilea mulai tahun 2011, Jenderal Halevi memimpin IDF di perbatasan dengan Lebanon.
Ia menjadi kepala intelijen militer pada 2014 dan Komando Selatan pada tahun 2018, dengan tanggung jawab untuk menghalangi Hamas.
Ia kemudian menjabat sebagai Kepala Staf Umum Pasukan Pertahanan Israel sejak 16 Januari 2023.
2. Iran
Militer Iran diorganisir di bawah struktur terpadu, yakni Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran, yang terdiri dari:
- Tentara Republik Islam Iran atau IRIA/AJA (Artesh), yang meliputi Angkatan Darat, Angkatan Pertahanan Udara (IRIAF), Angkatan Udara, dan Angkatan Laut.
- Korps Garda Revolusi Islam atau IRGC (Sepah) yang terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Dirgantara, Angkatan Laut, Pasukan Quds, dan Basij.
- Pasukan Penegakan Hukum (Faraja), yang memiliki fungsi serupa dengan polisi.
Baca juga: Iran Tutup Fasilitas Nuklir Khawatir Serangan Mendadak Israel
IRIAF bertugas melindungi kedaulatan negara dalam kapasitas tradisionalnya.
Sementara itu, IRGC diberi mandat untuk menjamin integritas Republik Islam (Iran), terutama terhadap campur tangan asing, kudeta, dan kerusuhan internal.
Sejak 1925, semua warga negara laki-laki berusia 18 tahun diwajibkan untuk mengabdi selama sekitar 14 bulan di IRIAF atau IRGC.
Tentara Republik Islam Iran, atau yang biasa disebut Tentara Iran saja, dipimpin oleh Mayjen Abdolrahim Mousavi.
Sementara IRGC dipimpin oleh Mayjen Hossein Salami.
Profil Abdolrahim Mousavi
Sayyed Abdolrahim Mousavi (Mousavi) adalah Panglima Tentara Republik Islam Iran (IRIA) yang menjabat sejak Agustus 2017.
Di situs IFMAT, organisasi yang menguak kecurangan, manipulasi, kekejaman dan ancaman, rezim Iran, Mousavi dicap sebagai sosok yang melanggar HAM.
Didukung situs unitedagainstnucleariran.com, Mousavi dinilai bertanggung jawab atas keterlibatan Angkatan Darat Iran dalam respons kekerasan rezim terhadap protes tahun 2022.
Dalam beberapa kesempatan, Mousavi menyebut protes di Iran sebagai kerusuhan yang diorganisir dan direncanakan oleh musuh-musuh Iran.
Karenanya protes tersebut dianggap sebagai ancaman keamanan nasional.
Mousavi dilaporkan menggunakan bahasa ancaman yang ditujukan kepada peserta gerakan protes.
Ia juga memuji respons kekerasan pasukan keamanan Iran terhadap pengunjuk rasa, dan menyebutnya sebagai cara efektif untuk menetralisir musuh-musuh Iran.
Profil Hossein Salami
Hossein Salami adalah seorang perwira militer Iran yang merupakan panglima Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).
Ia lahir di Golpayegan pada 1960.
Dilansir jpost.com, Hossein Salami bergabung dengan IRGC ketika Perang Iran-Irak dimulai, saat ia masih menjadi mahasiswa.
Ia kemudian naik pangkat, menjadi wakil komandan.
Pada 21 April 2019, Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, mengangkatnya sebagai Panglima IRGC yang baru, menggantikan mayor jenderal Mohammad Ali Jafari, NYT melaporkan.
Dikutip dari thenationalnews.com, Salami menonjol di antara para komandan IRGC lainnya karena pidatonya yang berapi-api dan agresif saat menargetkan AS, Israel, dan Arab Saudi.
Salami digambarkan sebagai "praktisi perang psikologis terbaik.
Menurut peneliti Mehdi Khalaji, ia mengandalkan inovasi untuk menghindari sanksi ekonomi, mengembangkan program rudal Iran, dan mempertahankan kebijakan regional rezim yang menentang.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)