TRIBUNNEWS.COM -- Batalion Azov sempat membuat gempar dunia ketika pasukan itu setengah mati ditembus oleh pasukan Rusia di sebuah pabrik baja di Mariupol, kota pelabuhan di selatan Ukraina.
Meskipun mereka akhirnya menyerah dalam peperangan brutal pada April 2022 itu, namun saat itu Rusia juga rugi banyak. Ribuan pasukan Vladimir Putin juga banyak yang tewas dalam perebutan kota pertama yang akhirnya jatuh ke Rusia tersebut.
Namun belum banyak yang tahu bahwa pada saat berjuang untuk Ukraina tersebut, para pejuang Azov sama sekali tidak dipersenjatai oleh Amerika Serikat.
Baca juga: Rusia Tegaskan Iran Tak Punya Senjata Nuklir, Sebut Desas-desus Barat hingga Pengalihan Isu Gaza
Ribuan pasukan Azov yang bukan tentara sungguhan itu hanya menggunakan senjata jadul buatan Rusia sumbangan warga. Dan belum banyak yang tahu ternyata sebabnya AS 'mengkebiri' tentara Azov.
Ternyata Azov telah dicap sebagai ekstrimis sayap kanan sejak konfrontasi dengan Rusia pada 2014 lalu.
Saat itu Azov menjadi terkenal karena tuduhan penyiksaan dan kejahatan perang terhadap warga Ukraina keturunan Rusia.
Tak diketahui pasti berapa jumlah laskar Azov sekarang, namun setelah peperangan di Mariupol jumlahnya dikabarkan berkurang drastis dan saat ini diperkirakan tinggal 900 orang.
Mereka juga dikenal sebagai Neo-Nazi karena menggunakan simbol oleh divisi itu, seperti yang terlihat pada logo mereka yang menampilkan Wolfsangel, salah satu simbol yang digunakan oleh Resimen ke-2 Divisi Panzer SS Das Reich.
Karena hal itu, AS pun mencap batalion tersebut sebagai oraganisasi terlarang dan tidak memberikan bantuan.
Baca juga: Pertama Kali, Ukraina Tembak Jatuh Pesawat Pembom Strategis Rusia, 4 Kru Melontarkan Diri
Penutupan bantuan tersebut dilakukan dengan pasal di UU Alokasi Konsolidasi AS yaitu: "Tidak ada dana yang disediakan oleh Undang-undang ini yang boleh digunakan untuk menyediakan senjata, pelatihan, atau bantuan lain kepada Batalyon Azov."
Pada tahun 2015, Anggota Kongres John Conyers Jr, seorang Demokrat dari Michigan, mengusulkan amandemen terhadap RUU Alokasi Departemen Pertahanan untuk tahun fiskal yang berakhir pada 30 September 2016.
Anggota kongres membuat proposal tersebut, dengan menyatakan bahwa Urusan Luar Negeri, serta media terkemuka lainnya, mencirikan Batalyon Azov sebagai "neo-Nazi secara terbuka" dan "fasis".
Namun pada tahun 2017, amandemen tersebut dimasukkan ke dalam naskah RUU Alokasi Dana. Hal ini juga hadir dalam RUU Alokasi Pertahanan tahun ini.
Patut dicatat bahwa Undang-Undang Leahy, yang mengharuskan peninjauan kembali insiden pelanggaran hak asasi manusia berdasarkan fakta spesifik, tidak diterapkan pada Azov, dan keputusan untuk mengadopsi amandemen tersebut terutama didasarkan pada karakterisasi Azov oleh media Barat.
Denys Prokopenko, Komandan Brigade Penyerang Azov mengatakan bahwa yang membentuk sikap mereka terhadap unit tersebut di bawah pengaruh propaganda Moskow.
Prokopenko mempertanyakan, tak masuk akal untuk menunjukkan sekali lagi bahwa kata "batalyon Azov" yang digunakan dalam undang-undang sebenarnya mengacu pada unit yang tidak ada.
Menurutnya, pada akhir tahun 2014, Azov tidak lagi menjadi batalion dan menjadi detasemen pasukan khusus yang terpisah. "Sejak Februari 2023, unit kami telah menjadi Brigade Azov Pasukan Khusus ke-12 dari Garda Nasional Ukraina. Bukan batalion, bukan resimen," ujarnya dikutip dari Pravda.
Amandemen inilah, yang berpindah-pindah dari satu RUU Peruntukan ke RUU Peruntukan lainnya dari tahun ke tahun, yang menjadi alasan mengapa Azov tidak memiliki senjata modern Barat pada tahun 2022, selama mempertahankan Mariupol.
"Pada saat itu, kami menahan kekuatan musuh yang unggul di Mariupol yang terkepung, menggunakan sumber daya yang sangat terbatas yang kami miliki, dan kami membuktikan diri kami sangat efektif," jelasnya.
"Berapa banyak nyawa yang bisa diselamatkan dan apa hasil dari pertahanan kota jika, selain motivasi, kohesi, dan profesionalisme kita yang kuat, Azov memiliki kendaraan lapis baja dan sistem artileri modern," tambahnya.
Bahkan setelah tahun 2022, ketika dunia tampaknya akhirnya mengetahui kebenaran tentang Azov, Azov masih tidak dapat mengirim tentara kita ke sebagian besar latihan militer terkemuka Barat dan tidak menerima senjata penting yang diberikan sekutu kita ke Ukraina.
"Masalah ini sebagian diselesaikan oleh para sukarelawan dan warga Ukraina yang teliti yang melakukan yang terbaik untuk membantu unit tersebut: misalnya, proyek sukarelawan Tylovyky mengumpulkan UAH 77 juta untuk 17 pengangkut personel lapis baja FV432 Bulldog untuk Brigade Azov. Namun perang menuntut lebih banyak," jelasnya.