TRIBUNNEWS.COM - Presiden Iran, Ebrahim Raisi berada di Pakistan selama tiga hari.
Raisi tiba di Ibu Kota, Islamabad pada Senin (22/4/2024).
Saat turun dari pesawat, ia disambut oleh Ketua Menteri Punjab Maryam Nawaz Sharif menyambut hangat Presiden Iran di Bandara Allama Iqbal.
Di Islamabad, Raisi akan membahas mengenai hubungan regional dan bilateral dengan timpalannya, menyusul kekhawatiran meluasnya perang Gaza menjadi konflik proksi.
"Republik Islam Iran, sejalan dengan kebijakan lingkungannya, tertarik untuk meningkatkan hubungan dengan Pakistan," terang pernyataan Kantor Kepresidenan Iran, Senin (22/4/2024).
"Selama perjalanan ini, berbagai masalah termasuk ekonomi, bisnis, energi, dan masalah perbatasan akan dibahas dengan pemerintah Pakistan," lanjut pernyataan tersebut.
Ia dijadwalkan berbincang dengan para pemimpin Pakistan, termasuk Perdana Menteri Shehbaz Sharif.
Media lokal melaporkan bahwa Raisi juga akan bertemu Jenderal Asim Munir , panglima militer Pakistan, yang memiliki pengaruh politik dan ekonomi besar di negara Asia Selatan tersebut.
Sementara itu, menurut pernyataan yang dibagikan Kementerian Luar Negeri Pakistan pada Minggu (21/4/2024), Islamabad menyerukan peningkatan hubungan kedua negara.
“Kedua belah pihak akan memiliki agenda luas untuk lebih memperkuat hubungan Pakistan-Iran dan meningkatkan kerja sama di berbagai bidang termasuk perdagangan, konektivitas, energi, pertanian, dan kontak antar masyarakat,” kata pernyataan itu.
"Presiden Iran akan mengunjungi kota-kota besar, termasuk Lahore dan Karachi, dan fokus pada hubungan bilateral dan perdagangan," katanya.
Baca juga: Iran Luncurkan Senjata Baru, Bavar-373, Diklaim Mampu Hancurkan Jet Siluman Amerika
Mantan penasihat Kementerian Luar Negeri Pakistan, Mosharraf Zaidi mengatakan kepada Al Jazeera bahwa perjalanan raisi merupakan upaya negara tersebut mendapatkan dukungan dari Islamabad dan Rawalpindi.
Bagaimana pandangan Pakistan menanggapi ketegangan Iran-Israel pun menjadi sorotan.
Pada tanggal 14 April 2023, sehari setelah serangan Iran terhadap Israel, Kementerian Luar Negeri Pakistan mengeluarkan pernyataan yang menyerukan de-eskalasi.
Pernyataan tersebut menganggap peristiwa tersebut sebagai “konsekuensi dari gagalnya diplomasi”.
“Hal ini juga menggarisbawahi dampak buruk jika Dewan Keamanan PBB tidak mampu memenuhi tanggung jawabnya menjaga perdamaian dan keamanan internasional,” kata pernyataan kementerian tersebut.
Lebih lanjut dikatakan bahwa Pakistan menegaskan perlunya upaya internasional untuk mencegah permusuhan lebih lanjut di wilayah tersebut dan untuk gencatan senjata di Gaza.
“Saat ini sangat mendesak untuk menstabilkan situasi dan memulihkan perdamaian. Kami meminta semua pihak untuk menahan diri semaksimal mungkin,” tutup pernyataan itu.
Pakistan tidak mengakui Israel dan tidak memiliki saluran komunikasi langsung dengan Israel.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)