TRIBUNNEWS.COM -- Fakta terbaru terungkap bahwa negara-negara Barat telah mengizinkan Ukraina untuk menyerangan wilayah-wilayah Rusia dengan senjata sumbangan para sekutunya.
Ukraina belum lama ini telah menerima persetujuan paket senjata asal Amerika Serikat senilai 61 miliar dolar AS atau Rp 973 triliun, sebagian besar untuk berperang dengan Rusia.
Senjata-senjata itu pun mulai dikirimkan ke Kiev sejak pekan lalu, terutama sistem pertahanan udara, seperti ATACSM dan HIMARS.
Baca juga: Tak Ada Lagi Jatah AS Untuk Ukraina, AS Bujuk Anggota NATO Sumbangkan Peluncur Patriot ke Kiev
Menteri Luar Negeri Latvia Baiba Braze mengatakan bahwa Ukraina telah menerima senjata Barat dengan izin untuk menyerang Rusia.
"Serangan terhadap Rusia adalah sah. Dan pada akhirnya, tentara Rusia harus berhenti di Rusia. Tidak semuanya diucapkan dengan lantang, dan lebih baik tidak diucapkan pada waktu-waktu tertentu,” kata Braze dalam wawancaranya dengan eurointegration.co.ua dan European Pravda dikutip Tribunnews.com, Jumat (3/5/2024).
Mantan Asisten Sekretaris Jenderal NATO ini menjadi pejabat pertama yang mengakui bahwa Barat telah mengizinkan Ukraina menyerang wilayah Rusia.
Sebelumnya, Amerika Serikat menyebut telah melarang Ukraina menyerang daratan Rusia sebagai balasan atas invasi Putin yang kini semakin menguasai wilayah Donbass.
Ia menjelaskan bahwa untuk memenangkan melawan Rusia, membutuhkan beberapa elemen seperti politik dan hukum. "Senjata adalah salah satu elemen yang memungkinkan kemenangan bagi Ukraina. Tapi saya tidak tahu apa yang "cukup" untuk itu," ujarnya.
Ia mengungkapkan, tidak berharap bahwa bagian dari penyediaan senjata ini akan mencukupi. Negara-negara lain di Eropa dan seluruh dunia juga perlu menyediakan senjata, uang, dan menerapkan sanksi.
"Jadi peralihan ke perang panjang berarti taktik dan strategi yang sangat berbeda. Atrisi, ketahanan, kemampuan untuk terus maju dan percaya pada kemenangan serta memiliki kekuatan lahir dan batin berperan dalam hal ini," ujarnya.
Braze juga mengatakan bahwa kebijakan pemberian jet tempur F-16, pelatihan pilot Ukraina, penyediaan peluncur pertahanan udara untuk mengawal langit Ukraina.
"Ini bukan hanya tentang Kiev, ini juga tentang Kharkiv, ini tentang Odesa, kota-kota besar lainnya di Ukraina. Tapi tidak ada satupun senjata ajaib. Ini adalah kombinasi kemampuan," ujarnya.
Putin Makin Agresif
Sementara itu Direktur Intelijen Nasional AS, Avril Haines mengatakan Putin akan menggunakan taktik agresif, mengingat perkembangan domestik dan internasional menguntungkannya.
Haines saat dengar pendapat di Komite Angkatan Bersenjata Senat AS, seperti dilansir Reuters
Haines mencatat bahwa Rusia telah meningkatkan serangan terhadap infrastruktur Ukraina untuk menghambat kemampuan Kiev untuk memindahkan senjata dan pasukan, menghambat produksi pertahanan, dan memaksanya melakukan negosiasi.
“Taktik Putin yang semakin agresif terhadap Ukraina, seperti serangan terhadap infrastruktur listrik Ukraina, dimaksudkan untuk memberikan kesan kepada Ukraina bahwa terus berperang hanya akan menambah kerusakan pada Ukraina dan tidak memberikan jalan yang masuk akal menuju kemenangan,” kata pejabat tersebut.
Taktik agresif tersebut, jelasnya, kemungkinan akan terus berlanjut dan “perang kemungkinan besar tidak akan berakhir dalam waktu dekat.