TRIBUNNEWS.COM -- Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) semakin jor-joran terhadap Ukraina. Kelompok pertahanan negara-negara Barat tersebut merencanakan untuk memberikan bantuan militer sangat besar untuk membendung invasi Rusia.
Nilainya adalah sebesar 100 miliar euro atau setara dengan Rp 1.700 triliun. Angka ini hampir dua kali lipat dari anggaran bantuan Amerika Serikat untuk Ukraina yaitu 61 miliar dolar AS atau Rp 973 triliun.
Rencana NATO tersebut dibocorkan oleh Hongaria, negara anggota NATO yang memiliki kedekatan dengan Rusia.
Baca juga: Rusia Ejek NATO Lewat Pameran Tank Abrams dan Leopard 2 di Victory Park Moskow
Menteri Luar Negeri Hongaria Peter Szijjarto mengatakan bahwa NATO telah membuat proposal anggaran militer tersebut.
Menurutnya, Sekjen NATO Jens Stoltenberg telah membagi rancangan tersebut ke para anggotanya.
Szijjarto mengatakan hal itu keada stasiun penyiaran Hongaria M1, Kamis (2/5/2024), sebelum menuju pertemuan tingkat menteri negara-negara Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) di Paris.
“Pada hari Selasa, negara-negara anggota NATO menerima proposal sekretaris jenderal untuk mengumpulkan dana sebesar 100 miliar yang direncanakan NATO untuk dibelanjakan dalam perang,” kata diplomat tersebut, seraya menambahkan bahwa karena dana tersebut akan dikumpulkan selama lima tahun, ini berarti NATO “mengharapkan permusuhan terus berlanjut selama periode ini.”
Budapest akan menentang inisiatif tersebut dan tidak berencana untuk berpartisipasi dalam mempersenjatai Kiev atau melatih tentaranya, Szijjarto menekankan.
Rancangan rencana tersebut telah disampaikan kepada negara-negara anggota blok tersebut pada “pembacaan pertama” dan masih menjadi bahan perundingan, kata diplomat senior tersebut.
"Dalam beberapa minggu mendatang, selama perundingan, kami akan memperjuangkan hak Hongaria untuk menghindari kegilaan ini, dengan mengumpulkan 100 miliar dana tersebut dan menyedotnya keluar dari Eropa," ujarnya.
Baca juga: Aturan Terbaru, Rusia Izinkan Foto Paspor Gunakan Hijab
Ia mengatakan bahwa Budapest memprioritaskan keamanan rakyatnya sendiri di atas hal lain dan akan melakukan yang terbaik untuk menjauhi perang.
Menurutnya, Hongaria tetap berpendapat bahwa konflik hanya dapat diselesaikan melalui negosiasi. Meskipun demikian, Budapest mengakui meningkatnya masalah keamanan global dan ingin siap menghadapinya.
“Kita tidak bisa mengabaikan ancaman perang dunia baru dan persiapan perang nuklir. Kegilaan di Eropa ini harus dihentikan,” desak Szijjarto.
Hongaria secara konsisten menyatakan penolakannya terhadap semakin besarnya keterlibatan blok NATO – dan Uni Eropa – yang dipimpin AS – dalam konflik Ukraina, menolak mengirim senjata untuk menopang Kiev atau melatih pasukannya, dan melarang penggunaan wilayahnya. untuk menyalurkan pengiriman tersebut dari negara ketiga.