TRIBUNNEWS.COM - Satu lagi negara di Timur Tengah yang melakukan serangan ke Israel, yakni negara Bahrain.
Bahrain untuk pertama kalinya sejak dimulainya perang antara Israel Vs Palestina.
Perlawanan Islam di Bahrain menyatakan tanggung jawabnya atas serangan terhadap sasaran Israel di wilayah Eilat, di Israel selatan.
Ini adalah pertama kalinya sebuah kelompok yang berbasis di Bahrain mengambil tindakan sebagai bagian dari peningkatan solidaritas regional terhadap Gaza.
Brigade Ashtar Bahrain mengatakan, mereka telah menyerang sasaran Israel dengan menggunakan drone, dan tindakan mereka dilakukan sebagai bentuk solidaritas untuk warga Gaza.
Brigade Bahrain mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis (2/4/2024) bahwa targetnya adalah markas perusahaan yang bertanggung jawab atas transportasi darat di Israel (Trucknet), mengutip Palestine Chronicle.
Meski keterangannya disampaikan pada Kamis, namun operasi tersebut dilakukan pada 27 April 2024.
“Perlawanan Islam di Bahrain mengumumkan penargetan markas besar perusahaan Israel yang bertanggung jawab atas transportasi darat di entitas Zionis (Trucknet) di kota Umm al-Rashrash di wilayah pendudukan Palestina (Eilat), pada hari Selasa, 27 April 2024, menggunakan drone."
"Untuk mendukung perjuangan Palestina dan solidaritas dengan rakyat kami yang melakukan perlawanan di Gaza," ujar Brigade Bahrain dalam keterangannya.
Kelompok tersebut mengatakan bahwa mereka akan terus melakukan serangan terhadap Israel sampai perang berhenti.
“Perlawanan Islam di Bahrain menegaskan bahwa mereka akan melanjutkan gerakannya dan memberikan dukungan di semua lini bagi masyarakat kami yang sabar dalam melakukan perlawanan Gaza, dan bahwa mereka tidak akan menghentikan operasinya sampai agresi Zionis di Gaza berhenti.”
Baca juga: Kunjungi Mesir, Hamas Ogah Sepakati Gencatan Senjata Tanpa Israel Akhiri Perang di Gaza
Bahrain Klaim Serangan Kedua
Diberitakan The Jerusalem Post, kelompok yang didukung Iran di Bahrain mengklaim telah menargetkan Israel untuk kedua kalinya.
IRNA Iran melaporkan pada 4 Mei 2024 bahwa kelompok tersebut mengatakan telah melakukan serangan kedua yang menargetkan Eilat.
“Kelompok perlawanan Bahrain, Brigade Al-Ashtar, telah mengumumkan serangan keduanya terhadap posisi Israel untuk mendukung rakyat Palestina di Gaza yang dilanda perang,” klaim IRNA.
Bahrain adalah anggota Perjanjian Abraham.
Bahrain memiliki minoritas Syiah dan Iran sering berusaha mempengaruhi komunitas Syiah di Bahrain dan menimbulkan masalah di Kerajaan Arab Saudi.
Iran juga melakukan hal yang sama di kalangan Syiah di Arab Saudi.
Iran Jadi Ancaman Utama
Seorang mantan pejabat Israel, menyebut invasi tentara Israel atau pasukan pertahanan Israel (IDF) ke Kota Rafah tidak menjamin kembalinya sandera Israel yang ditahan oleh faksi-faksi Palestina.
Hal itu dikatakan oleh Amos Gilead, mantan direktur kebijakan dan urusan politik-militer di Kementerian Pertahanan Israel, dalam sebuah wawancara pada Kamis (2/5/2024) dengan stasiun radio lokal FM 103.
Amos Gilead juga menyebut bahwa Iran menjadi ancaman utama bagi Israel, bukan Hamas.
“Masuknya tentara Israel ke Rafah tidak menjamin kembalinya para sandera," ujarnya.
Diketahui meskipun mendapat tentangan dari dunia internasional, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu telah berjanji untuk menyerang Rafah.
Padahal Rafah adalah rumah bagi lebih dari 1,4 juta pengungsi Palestina.
Radio tentara Israel juga melaporkan pada Kamis bahwa Israel sedang mencari alternatif selain rencana invasi ke Rafah, yang terletak di ujung selatan Jalur Gaza.
Amos Gilead menyebut jika Tentara Israel memasuki Rafah tanpa koordinasi dengan Mesir dan Amerika Serikat (AS), solusi ke utara (front Lebanon) tidak akan diberikan.
"Dan akan terjadi perang jangka panjang yang akan meluas ke seluruh Israel di mana kami akan kehilangan aliansi strategis kami,” kata mantan pejabat itu.
Amos Gilead juga mengatakan hal tersebut justru akan berpotensi menjadi perang jangka panjang, mengutip Anadolu Agency.
"Dan akan terjadi perang jangka panjang yang akan meluas ke seluruh Israel di mana kami akan kehilangan aliansi strategis kami,” kata mantan pejabat itu.
Update Korban di Gaza
Terbaru setidaknya 26 warga Palestina tewas dan 51 lainnya terluka dalam 24 jam terakhir, ketika Israel melanjutkan serangannya di Jalur Gaza, Jumat (3/5/2024).
“(Pasukan) pendudukan Israel melakukan tiga pembantaian terhadap keluarga di Jalur Gaza, menyebabkan 26 orang mati syahid dan 51 orang terluka selama 24 jam terakhir,” kata pernyataan kementerian setempat, mengutip Anadolu Agency.
“Banyak orang masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan karena tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka,” tambahnya.
Mengabaikan keputusan sementara Mahkamah Internasional, Israel masih terus melanjutkan serangan gencarnya di Jalur Gaza di mana setidaknya 34.622 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.
Dan 77.867 orang terluka, menurut otoritas kesehatan Palestina.
Perang Israel di Gaza telah menyebabkan 85 persen penduduk wilayah tersebut mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan.
Sementara 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)