Ia mengaku merasa terintimidasi melihat sopir mengenakan lanyard tersebut dan menganggap hal itu 'memicu pengalaman traumatis'.
Sopir dalam video mengatakan "Tidak".
“Anda tidak boleh mengekspresikan keyakinan politik Anda di tempat kerja. Saya seorang guru, saya tidak pergi bekerja dengan mengenakan pakaian berbendera Israel,” katanya.
"Mengekspresikan keyakinan politik Anda di tempat kerja melanggar pedoman profesional. Menurut saya itu mengintimidasi. Menurut saya itu tidak profesional. Keluarga sahabat ibu saya meninggal pada 7 Oktober. Mereka dibunuh oleh Hamas," lanjutnya.
Wanita tersebut meminta untuk tidak disebutkan namanya itu memposting video tersebut di X, sebelumnya Twitter.
Berbicara kepada MEN, dia berkata: "Harus ada kebijakan yang jelas. Ada buku pegangan perusahaan online yang pada dasarnya mengatakan untuk tidak mengungkapkan pendapat politik di tempat kerja.
“Saya mendukung hak laki-laki untuk melakukan protes, tapi menurut saya tidak apa-apa jika Anda sedang bekerja untuk mengekspresikan pendapat politik. Jika dia memakai lencana kecil Palestina, saya tidak akan mengatakan sepatah kata pun. Saya tidak percaya apa yang dia katakan, tapi saya mendukung haknya untuk memprotes," jelasnya.
“Yang tidak saya dukung adalah dia menyebarkan pandangan politik yang cukup ekstrem saat bekerja di depan umum. Perusahaan perlu waspada. Mereka harus menerapkan kebijakan yang ketat," ucapnya.
Respon perusahaan bus
Saat ditanya, pihak perusahaan jasa bus menjawab akan melakukan penyelidikan internal atas masalah tersebut.
"Kami mengetahui adanya insiden yang terjadi di salah satu bus kami hari ini dan kami sedang menyelidiki lebih lanjut," kata perusahaan bus pada Selasa (30/4/2024).
Diketahui lanyard tersebut berasal dari Kampanye Solidaritas Palestina.
Layanan yang terlibat adalah bus 192 yang melayani transportasi antara pusat Kota Manchester, Stockport dan Hazel Grove.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)