TRIBUNNEWS.COM - Laporan yang dipublikasikan oleh Politico, yang mengutip para pejabat AS dan kelompok bantuan mengungkapkan bahwa Israel berniat memindahkan 1,2 juta warga Palestina dari Rafah ke garis pantai Gaza.
Pada hari Jumat (3/5/2024), mengutip pejabat AS dan kelompok bantuan, POLITICO melaporkan bahwa Israel memiliki rencana untuk memindahkan orang ke al-Mawasi.
Wilayah yang merupakan sebidang tanah di sepanjang pantai selatan Gaza.
"Tentara Israel dilaporkan mengirimkan peta daerah tersebut kepada pekerja bantuan minggu ini," kata POLITICO.
Rencana itu disusun sebagai persiapan menjelang invasi darat ke Rafah, yang ditentang banyak pihak.
Washington secara terbuka dan pribadi telah menyuarakan penolakannya terhadap invasi ke Rafah.
Pemerintahan Joe Biden mengancam akan mengubah kebijakan dukungannya terhadap Israel, jika invasi darat dilancarkan tanpa rencana yang kredibel untuk melindungi warga sipil.
Di satu sisi, Israel mengatakan pihaknya akan berupaya memastikan evakuasi warga sipil yang aman dari Rafah.
Kota Rafah sekarang ini dipadati oleh warga Palestina yang tergusur dari rumah mereka di utara ketika pemboman Israel di Gaza berlangsung tanpa henti sejak 7 Oktober.
Dikutip dari Al Arabiya, Israel punya keyakinan bahwa para pejabat tinggi Hamas bersembunyi di bawah tanah di Rafah, kota yang terletak di sepanjang perbatasan dengan Mesir.
Gedung Putih mengaku belum melihat rencana komprehensif mengenai pemikiran Israel untuk melakukan invasi ke Rafah.
Baca juga: Israel Pertimbangkan Alternatif Serangan Besar di Perbatasan Mesir Jika Invasi Rafah Batal
Sampai hari ini, Israel mengatakan akan memulai invasi darat ke Rafah “segera” tanpa memberikan tanggal pastinya.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan tentaranya akan terus melakukan invasi dengan atau tanpa perjanjian gencatan senjata.
AS, bersama dengan Mesir dan Qatar, telah bekerja keras untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, yang juga akan membebaskan para sandera yang ditahan oleh Hamas.