Dia mengklaim bahwa Israel tidak akan mampu mengalahkan Hamas di Gaza tanpa mengambil alih koridor tersebut.
Tujuan bersejarah dari koridor ini adalah untuk menghentikan pergerakan orang dan material dari Mesir ke Gaza, dimana Israel telah memberlakukan blokade darat, laut dan udara yang melumpuhkan selama beberapa dekade.
“Israel memandang koridor tersebut penting karena dapat digunakan sebagai zona penyangga untuk membatasi penyelundupan,” kata Siaci, seraya menambahkan bahwa mereka telah berulang kali mengancam akan mengambil alih koridor tersebut.
Setelah langkah terbaru Tel Aviv, dia yakin koridor tersebut “secara efektif 100 persen” berada di bawah kendali Israel.
Sherif Mohyeldeen, seorang pakar masalah lintas batas, memandang hal ini sebagai bagian dari “pengepungan penuh” Israel terhadap Gaza, di mana Israel kini telah menewaskan hampir 35.000 warga Palestina dan melukai lebih dari 78.200 orang sejak Oktober lalu.
“Dengan mengambil kendali koridor ini, Israel terus menunjukkan kepada semua pemain regional, kepada masyarakat Gaza, dan kepada seluruh dunia bahwa mereka melanjutkan kebijakan yang kuat dalam melakukan pengepungan penuh terhadap Gaza,” katanya kepada Anadolu.
"Israel “berusaha menekan warga Palestina di Rafah” dari semua sisi," katanya.
Dia menambahkan bahwa wilayah di selatan ini adalah satu-satunya wilayah yang sejauh ini belum sepenuhnya berada di bawah kendali Israel.
Israel jelas-jelas melanggar perjanjian perdamaian dengan Mesir dengan mengirimkan tank dan pasukan ke koridor tersebut, dan dengan menyerang pos pemeriksaan Rafah tanpa persetujuan Mesir, tambah Mohyeldeen, seorang peneliti non-residen di Carnegie Middle East Center.
Mesir Tak Berbuat Apa-apa
Siaci yakin Israel mungkin bertindak secara sepihak dalam tindakannya di Rafah, yang merupakan pelanggaran terhadap perjanjian mereka.
Namun, dia ragu Mesir akan melakukan “apa pun”.
“Selama enam bulan terakhir, Israel sebenarnya menuduh mereka (Mesir) melanggar perjanjian karena mereka telah memindahkan tank … di sepanjang perbatasan karena takut akan masuknya pengungsi Palestina, dan memperkuat (daerah) itu dengan kawat berduri dan lainnya terkait hal-hal itu,” katanya.
“Jika Mesir ingin melakukan sesuatu, mereka bisa melakukannya enam bulan lalu.”
Bahkan dengan segala pertentangan yang ada, Mesir telah mengatakan bahwa setiap pelanggaran terhadap perjanjian tersebut akan mengakibatkan “penangguhan” dan belum tentu pencabutan perjanjian tersebut, jelasnya.