News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

ISIS Belum Habis, Seorang Kolonel dan 4 Tentara Irak Tewas Gara-gara Granat

Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

DRONE BUNUH DIRI - Tangkapan layar dari video yang dirilis Milisi Perlawanan Irak saat meluncurkan drone bunuh diri untuk menyerang Banda Rosh Pina Israel pada Kamis (7/3/2024). Seorang perwira militer Irak dan empat tentara tewas dalam serangan yang dilancarkan ISIS di Irak tengah

TRIBUNNEWS.COM - Seorang perwira militer Irak dan empat tentara tewas dalam serangan yang dilancarkan ISIS di Irak tengah.

Serangan itu terjadi pada Senin (13/5/2024) malam, di daerah pedesaan antara provinsi Diyala dan Salahuddin.

Daerah tersebut telah menjadi sarang aktivitas sel-sel militan bertahun-tahun setelah Irak menyatakan kemenangan atas ISIS pada 2017 silam.

The National News memberitakan, Kementerian Pertahanan Irak berduka atas meninggalnya Kolonel Khalid Naji Wassak, seorang komandan resimen, dan empat pejuang heroik.

Awalnya, pasukan keamanan berhasil menghalau serangan ISIS, namun berimbas pada hilangnya beberapa korban jiwa.

Mayor Jenderal Tahseen Al Khafaji, juru bicara Komando Operasi Gabungan Irak, mengatakan empat tentara tewas bersama Kolonel Wassak, dan lima lainnya luka-luka.

ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, dan mengatakan mereka menyerang barak menggunakan senapan mesin dan granat.

Pada musim panas 2014, ISIS menguasai sebagian besar Irak dan Suriah, mendeklarasikan kekhalifahan yang mencakup wilayah kedua negara.

Pasukan Irak, yang didukung oleh koalisi internasional pimpinan AS, merebut kembali seluruh wilayah yang dikuasai ISIS di Irak pada akhir 2017, setelah tiga tahun pertempuran.

Namun, kelompok teroris tersebut masih melakukan serangan gerilya, khususnya di wilayah gurun yang luas di Irak utara dan barat, dekat perbatasan dengan Suriah.

Masih Jadi Ancaman

Duta Besar Inggris untuk Irak, Stephen Hitchen, menyebut serangan itu menjadi pengingat bahwa ISIS masih menjadi ancaman.

Baca juga: ISIS Sebar Ketakutan ke Liga Champions, Ancaman Pembunuhan Suporter di 4 Stadion

"Setiap hari, landasan stabilitas semakin kuat di Irak," kata Hitchen di X.

Serangan tersebut tidak akan menghentikan kemajuan tersebut namun merupakan pengingat bahwa ancaman masih ada, katanya.

Dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada bulan Januari, PBB mengatakan ada "antara 3.000 dan 5.000" pejuang ISIS di Irak dan Suriah.

Baghdad kini berupaya mengurangi koalisi internasional pimpinan AS yang membantu mengalahkan ISIS dan ingin agar koalisi tersebut tetap berada di negara tersebut sebagai penasihat, dengan mengatakan bahwa pasukan keamanan lokal dapat menangani sendiri ancaman tersebut.

Meskipun kelompok ini menderita kerugian besar di Suriah pada 2019, para militan masih aktif dan terus melancarkan serangan.

Bulan lalu, ISIS melepaskan tembakan ke sebuah bus militer di pedesaan timur provinsi Homs, menewaskan sedikitnya 28 tentara Suriah dan pejuang pro-pemerintah.

Pada bulan Januari, kelompok tersebut mengaku bertanggung jawab atas dua bom bunuh diri di Iran ketika ribuan pelayat berkumpul untuk memperingati empat tahun kematian komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam Qassem Suleimani.

Setidaknya 91 orang tewas dan sekitar 300 lainnya luka-luka dalam serangan tersebut.

ISIS Teror Rusia

Sebuah poster berisi ancaman pembunuhan yang menargetkan Presiden Rusia Vladimir Putin belakangan mencuat ke publik, hingga menjadi viral di sejumlah jejaring sosial media.

Ancaman yang dirilis kelompok Negara Islam (ISIS) dengan judul "Ancaman bagi semua orang Rusia yang kejam, termasuk Putin" beredar beberapa hari setelah kelompok Islam tersebut mengaku bertanggung jawab atas penyerbuan pusat konser di Moskow.

Selain menyebar poster, dilansir Newsweek, kelompok ISIS juga turut merilis sebuah video teror yang mengancam Rusia dan Presiden Vladimir Putin apabila mereka tak segera menghentikan penyiksaan pada 11 anggotanya sedang di tahanan di Moskow karena terlibat kasus penembakan di balai konser Crocus.

"Kepada semua orang Rusia yang liar! Berhenti menyiksa tahanan ISIS. Awas! Jangan berpikir bahwa kami tidak memiliki kesempatan untuk membalas dendam kepada Anda atas saudara-saudara kami yang ditangkap," ujar seseorang dalam video tersebut.

Adapun insiden penembakan berdarah ini terjadi pada akhir pekan kemarin di Balai Kota Crocus, Krasnogorsk, Moskow barat laut.

Saat itu warga berbondong-bondong datang ke Balai kota untuk menyaksikan konser band rock veteran Picnic, namun menjelang konser akan dimulai secara mengejutkan lima orang bersenjata menyerbu penonton yang ada di dalam gedung.

Tak hanya melakukan penembakan pelaku bertopeng yang mengenakan seragam taktis itu juga turut melemparkan bahan peledak yang memicu kebakaran besar hingga gedung konser runtuh dan atapnya terbakar.

Dalam video yang beredar di media sosial, beberapa pengunjung yang panik meminta bantuan dari atap gedung konser yang terbakar di belakang mereka.

Sementara dalam cuplikan video lainnya orang-orang berteriak, berusaha merangkak keluar dari tempat pertunjukan musik saat para teroris mulai melakukan penembakan brutal.

Anak-anak dilaporkan menjadi turut menjadi korban dan Kementerian Luar Negeri Rusia mengutuk "serangan teroris" tersebut.

Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-760: Zelensky Bantah Terlibat Aksi Teroris di Moskow

Rusia Ringkus 11 Terduga Pelaku

Tak sampai 24 jam serangan, kelompok teroris ISIS-K mengaku bertanggung jawab atas serangan paling mematikan di Rusia sejak 20 tahun terakhir

"Pejuang ISIS menyerang sebuah pertemuan besar di pinggiran ibu kota Rusia," kata ISIS dalam sebuah pernyataan di Telegram, dilansir AF.

Pihak berwenang Rusia kemudian bergerak cepat menangkap 11 orang yang diduga sebagai dalang serangan berdarah di Moskow, termasuk empat orang pelaku yang terlibat langsung dalam penembakan di di Balai Kota Crocus.

Lebih lanjut, Badan investigasi utama Rusia mengungkap telah menangkap seorang tersangka disinyalir sebagai pemodal dana kepada terorisme.

"Hubungan teroris yang ditahan dengan kaum nasionalis Ukraina diperoleh dari pemeriksaan perangkat elektronik mereka dan menganalisis transaksi keuangan," kata Komite Investigasi Rusia.

(Tribunnews.com/Chrysnha, Namira)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini