TRIBUNNEWS.COM, AS - Lebih dari 35 kelompok mahasiswa Universitas Harvard di Amerika Serikat (AS) mengeluarkan pernyataan mendukung mahasiswa yang diduga ditempatkan dalam masa percobaan multi-semester dan mahasiswa yang telah diskors karena ikut demo perkemahan anti-Israel di kampus.
Seperti diketahui beberapa hari lalu sejumlah mahasiswa di AS termasuk di kampus Harvard demo mendukung Palestina dan meminta Israel menghentikan agresi militer di Gaza.
Kelompok mahasiswa Universitas Harvard yang anti-Israel mengatakan bahwa 15 aktivis itu tidak akan dapat lulus bersama mahasiswa lainnya pada hari Selasa (21/5/2024) karena skorsing masih berlaku.
Alasannya mereka melanggar kesepakatan antara pemerintah dan kelompok pemrotes untuk pembubaran organisasi anti-Israel.
Komite Solidaritas Palestina Harvard, yang diskors dari universitas tersebut pada tanggal 22 April, mengatakan bahwa lebih dari 1.100 mahasiswa telah menandatangani petisi yang menyerukan agar hukuman tersebut dicabut.
Baca juga: Tiru Pelajar Amerika, Mahasiswa Berbagai Kampus di Eropa Unjuk Rasa Dukung Gerakan Pro-Palestina
Siswa yang ditangguhkan bereaksi
PSC juga membagikan di Instagram pada hari Minggu sebuah esai anonim yang diduga ditulis oleh seorang senior yang gelarnya dirahasiakan.
Senior tersebut mengatakan bahwa dia telah mencoba untuk mempublikasikan artikel tersebut di surat kabar mahasiswa Harvard Crimson tetapi tidak diberi kemampuan untuk melakukannya secara anonim.
Dia dilaporkan berusaha menghindari sanksi akademis.
“Saya tidak akan diizinkan berjalan dengan ijazah di tangan karena berdiri, secara konsisten dan bangga, demi unveritas,” kata mahasiswa tersebut.
"Saya meninggalkan Harvard dengan perasaan marah, lelah, dan muak. Saya terkejut dengan keterlibatan moral dan material universitas tersebut dalam genosida yang sedang berlangsung dan kondisi apartheid di wilayah pendudukan Palestina yang menjadi sumber bantuan dan keuntungannya."
Perkemahan di Harvard adalah satu dari puluhan kampus yang meletus di kampus-kampus Amerika sejak pertengahan April, meniru aksi protes di Universitas Columbia.
Perkemahan tersebut menuntut diakhirinya hubungan bisnis dan akademis dengan Israel.
Sumber: JPost