TRIBUNNEWS.COM - Sikap para politisi di Uni Eropa agaknya terpecah soal kematian Presiden Iran Ebrahim Raisi, ada yang bersimpati dan ada juga yang tidak.
Ebrahim Raisi dipastikan meninggal dunia dalam kecelakaan helikopter pada Minggu (19/5/2024), bersama beberapa pejabat lainnya, termasuk Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian.
Dilansir euronews.com, sebelum helikopter yang membawa Raisi ditemukan, Layanan Manajemen Darurat Copernicus Komisi Eropa, yang menyediakan data dan citra geospasial untuk manajemen bencana, mengumumkan akan menawarkan layanan pemetaan untuk membantu operasi pencarian dan penyelamatan Raisi.
Komisaris Eropa untuk Manajemen Krisis Janez Lenarčič mengklarifikasi lewat X bahwa tawaran tersebut bukanlah tindakan dukungan politik terhadap rezim atau lembaga mana pun.
"Ini hanyalah ekspresi kemanusiaan yang paling mendasar," tulisnya.
Kantor pers UE mengeluarkan pernyataan belasungkawa atas meninggalnya Raisi dan Abdollahian.
Sentimen serupa juga disampaikan oleh Presiden Dewan Eropa Charles Michel.
Lewat X, Michel memberikan doa kepada keluarga mereka yang ditinggalkan.
Namun, tidak semua anggota Parlemen Eropa setuju dengan ungkapan simpati tersebut.
Anggota independen Parlemen Eropa Rob Roos, menyebut ekspresi solidaritas UE itu sebagai penghinaan terhadap rakyat Iran yang tertindas.
Charlie Weimers dari Partai Demokrat Swedia juga mengkritik tindakan Copernicus.
Baca juga: 4 Pertanyaan setelah Meninggalnya Ebrahim Raisi, Apa Bedanya Presiden dan Pemimpin Tertinggi Iran?
Ia mengatakan bahwa uang pembayar pajak Eropa tidak boleh digunakan untuk mendukung rezim Iran.
Beberapa pihak lainnya, termasuk MEP (anggota parlemen) Assita Kanko dari New Flemish Alliance, mengatakan mereka terkejut dengan ungkapan solidaritas UE.
Sebagai informasi, Uni Eropa adalah salah satu dari banyak negara yang menerapkan sanksi terhadap rezim Iran.