TRIBUNNEWS.COM -- Kementerian Kesehatan Gaza mengungkapkan dalam 24 jam terakhir sebanyak 85 warganya tewas dan 200 orang lainnya mengalami luka-luka di wilayah Rafah.
Pasukan Israel atau IDF memblokir seluruh jalur masuk ke wilayah tersebut hingga menyebabkan Rafah seperti 'neraka'.
Al Jazeera menguti seorang pejabat PBB yang menggambarkan situasi tersebut sebagai “bencana, mimpi buruk, neraka di bumi – semua ini dan yang lebih buruk lagi”.
Baca juga: 15 Tentara Israel Tewas di Dekat Rafah, Sementara Helikopter Apache Zionis Dirudal di Jabalia
Sementara media asal Arab Saudi, Alarabiya mengabarkan, Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan pada Selasa (21/5/2024) bahwa distribusi makanan di kota Rafah di selatan Gaza saat ini ditangguhkan karena kurangnya pasokan dan ketidakamanan.
UNRWA mengatakan dalam sebuah pernyataan di X bahwa hanya tujuh dari 24 pusat kesehatan yang beroperasi dan tidak menerima pasokan medis apa pun dalam 10 hari terakhir karena “penutupan/gangguan” di penyeberangan Rafah dan Kerem Shalom ke Gaza.
Negara Zionis ini melancarkan serangan baru di Gaza tengah pada hari Senin, membombardir kota-kota di utara wilayah kantong Palestina dan menyatakan pihaknya bermaksud memperluas operasi di Rafah meskipun ada peringatan AS mengenai risiko jatuhnya korban massal di kota selatan tersebut.
Serangan Israel secara serentak di wilayah selatan dan utara Gaza pada bulan ini telah menyebabkan eksodus baru ratusan ribu orang dari rumah mereka, dan sangat membatasi aliran bantuan, sehingga meningkatkan risiko kelaparan.
Terancam Kelaparan
Adanya IDF di gerbang perbatasan diklaim Mesir menimbulkan ancaman bagi pengiriman bantuan dari jalur penyeberangan Rafah.
"Penghentian pengiriman bantuan melalui Penyeberangan Rafah antara Mesir dan Jalur Gaza terkait dengan ancaman terhadap pekerjaan kemanusiaan akibat operasi militer Israel di wilayah tersebut," kata Menteri Luar Negeri Mesir pada hari Senin, menurut laporan Reuters.
Baca juga: Brigade Al Qassam: Kami Melenyapkan 15 Tentara IDF Dalam Pertempuran Jarak Dekat di Rafah Timur
Operasi militer IDF itu, bahkan menyasar para sopir truk pengangkut bantuan kemanusiaan yang sedianya dikirimkan ke Gaza.
“Sekarang ada kehadiran militer di pinggiran Penyeberangan Rafah dan operasi militer yang membahayakan konvoi bantuan dan pengemudi truk,” kata Sameh Shoukry kepada wartawan setelah bertemu dengan timpalannya dari Yunani di Kairo.
“Prosedur akibat operasi militer Israel mempengaruhi pengoperasian Penyeberangan Rafah,” ujarnya.
Aktivitas di Penyeberangan Rafah, yang terletak di perbatasan Mesir dengan Jalur Gaza sepanjang 13 km (8 mil) telah terhenti, sejak Israel meningkatkan serangan militernya dan mengambil alih kendali operasional Penyeberangan tersebut dari sisi Gaza pada tanggal 7 Mei.
Pengiriman bantuan internasional tertahan di sisi perbatasan Mesir, sehingga menimbulkan kekhawatiran kalau sebagian pasokan makanan akan musnah.
Sebagian wilayah Gaza terancam kelaparan setelah lebih dari tujuh bulan perang.
Sebagian besar bantuan yang dikirim ke Gaza sejak dimulainya konflik antara Israel dan Palestina pada bulan Oktober datang melalui Mesir.
Bantuan itu memasuki Gaza melalui Rafah atau Persimpangan Karm Abu Salem di dekat perbatasan Israel dengan Wilayah Palestina.
Shoukry mengulangi seruan agar Israel membuka penyeberangan darat lainnya untuk menyalurkan bantuan.
“Ada penyeberangan militer tertutup yang harus digunakan jika ada kekhawatiran kemanusiaan yang nyata mengenai apa yang terjadi di Gaza,” katanya. (Tribunnews.com/Al Jazeera/Alarabiya/Reuters)