News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Israel Tak Peduli meski Rafah Dianggap Zona Aman, Tenda-tenda Pengungsi Dihujani Bom

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga Palestina berkumpul di lokasi serangan Israel di sebuah kamp pengungsi di Rafah pada 27 Mei 2024, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Hamas Palestina.

TRIBUNNEWS.COM - Pada Minggu (26/5/2024) malam kemarin, pasukan pendudukan Israel membantai puluhan pengungsi di Rafah, Gaza selatan.

Meski diklaim sebagai zona aman, tragisnya, tenda-tenda yang didirikan para pengungsi di gudang UNRWA dibom Israel.

Kantor media pemerintah melaporkan, pasukan pendudukan Israel sengaja menggempur tempat itu untuk mengusir para pengungsi secara paksa.

Lebih dari tujuh rudal dan bom besar dijatuhkan, masing-masing bahkan berbobot lebih dari 2.000 pon atau 1 ton bahan peledak.

Pembantaian keji ini membuat banyak orang terluka dan puluhan lainnya berakhir mati syahid.

Kementerian Kesehatan Palestina mencatat bahwa pencarian orang hilang di lokasi tersebut masih berlangsung.

Tim ambulans dan pertahanan sipil kesulitan menjangkau korban yang terjebak di kamp.

Sedikitnya, 50 orang, termasuk para martir dan korban luka-luka berhasil dievakuasi oleh Pertahanan Sipil Gaza.

Setelah itu, terungkap kalau daerah yang menjadi sasaran pemboman Israel dihuni hampir 100.000 pengungsi.

Jumlah korban jiwa perang Israel-Hamas

Perang Israel dengan kelompok militan Hamas di Gaza telah memasuki hari ke-233.

Baca juga: Reaksi Dunia atas Serangan Israel di Rafah, Jubir Mahmoud Abbas hingga Perancis

Sejauh ini, warga Palestina yang terbunuh mencapai 35.984 orang, lalu 80.643 lainnya terluka di Gaza.

Pasukan pendudukan Israel melakukan delapan pembantaian baru terhadap keluarga-keluarga di Gaza selama 24 jam terakhir.

"Agresi Israel menewaskan 81 warga Palestina dan melukai 223 lainnya pada hari ke-233 genosida," lapor Kementerian Kesehatan di Gaza.

Banyak korban yang masih berada di bawah reruntuhan dan di jalanan ketika IOF mencegah ambulans dan kru pertahanan sipil menjangkau mereka.

Angka-angka ini diyakini jauh dari jumlah sebenarnya korban perang genosida Israel di Gaza.

Otoritas Kesehatan Palestina menghadapi tantangan besar dalam menghitung secara akurat jumlah martir yang terluka dan orang-orang yang meninggal di bawah reruntuhan.

Dalam perkembangan lain yang dilaporkan Al Jazeera, Staf di Rumah Sakit Rafah Kuwait membagikan kesaksiannya ketika ikut mengevakuasi pasien ketika serangan Israel datang bertubi-tubi.

Dr Mohammed Tahir, seorang ahli bedah ortopedi, yang baru saja kembali ke Inggris setelah menjadi sukarelawan di Rafah, menggambarkan situasi di rumah sakit tersebut.

“Saya (baru saja) menelepon beberapa rekan kerja saya (di Gaza) dan mereka mengalami tembakan artileri dan serangan quadcopter di dekatnya. Mereka takut akan nyawa mereka,” kata Tahir kepada Al Jazeera.

“Ini adalah situasi yang mengerikan. Ini di Tal as-Sultan, yang berada di sebelah barat Rafah. Ini adalah daerah yang belum dievakuasi namun terjadi serangan yang sangat dahsyat saat ini,” kata Tahir.

Ia menyerukan agar komunitas internasional segera berbuat lebih banyak.

Baca juga: ActionAid: Korban Tewas akibat Pembantaian Israel di Zona Aman Rafah Naik Jadi 50 Orang

"Kita perlu mengizinkan personel medis memasuki Gaza. Kita perlu mengizinkan pasokan medis masuk ke Gaza," lanjutnya.

"Semua rumah sakit ini mengalami berkurangnya pasokan obat-obatan yang sangat penting dan juga bahan bakar untuk menjalankannya. Jadi situasinya sangat buruk di sana dan saya mendesak masyarakat internasional untuk segera bertindak," terangnya.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini