Laporan Wartawan Tribunnews.com, Igman Ibrahim
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi mengutuk keras Israel yang memberikan label organisasi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), UNRWA sebagai teroris.
Padahal, organisasi ini kerap mengurus pengungsi yang datang dari Palestina.
Hal itu diungkap Retno dalam rapat kerja bersama Komisi I DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (5/6/2024).
Mulanya, Retno berbicara UNRWA sedang mengalami pelemahan secara sistematis.
Ia menyampaikan UNRWA dituduh terlibat dalam serangan yang dilakukan Hamas kepada Israel pada 7 Oktober 2024 lalu.
Akibatnya, sejumlah negara membekukan bantuan dana ke UNRWA.
"Organisasi PBB yang mengurus pengungsi Palestina, UNRWA terus diperlemah secara sistematis, mulai dari adanya tuduhan keterlibatan bahwa staf Unrowa terlibat dalam serangan 7 Oktober lalu dan tanpa menunggu adanya investigasi beberapa negara donor membekukan bantuan ke UNRWA," kata Retno.
Baca juga: Posisi Netanyahu Tersudut, Dikecam Pemimpin Dunia Usai Cap UNRWA Sebagai Kelompok Teroris
Retno menjelaskan tuduhan itu pun langsung diinvestigasi PBB.
Hasilnya, tuduhan UNRWA terlibat penyerangan tersebut tidak terbukti.
"Investigasi telah dilakukan, dan hasilnya tidak terbukti. Dan setelah tuduhan tidak terbukti beberapa negara telah hidupkan kembali bantuannya untuk UNRWA. Namun AS memutuskan tidak akan cairkan kembali bantuannya ke UNRWA," ungkapnya.
Saat ini, kata Retno, Israel kembali berulah dengan memberikan label UNRWA sebagai teroris.
Baca juga: Singgung Perintah Evakuasi, UNRWA Sebut Klaim Zona Aman Israel Salah dan Menyesatkan
Dia menegaskan, Indonesia mengecam keras tindakan dari Israel tersebut.
"Kemudian Israel saat ini berupaya untuk melabel unrowa sebagai organisasi teroris, dan Indonesia mengecam keras upaya ini," katanya.
Ia mengingatkan UNRWA tidak hanya memberikan pelayanan kepada para pengungsi di Gaza, akan tapi juga di Suriah, Tepi Barat, Jordania, hingga Libanon.
Jumlahnya pun hampir 6 juta orang pengungsi.
Retno pun menduga tuduhan Israel itu sebagai upaya untuk menyudutkan UNRWA yang membantu pengungsi Palestina. Hal ini nantinya berdampak kepada pelayanan kepada para pengungsi secara menyeluruh.
"Pelemahan secara sistematis terhadap UNRWA tentunya berdampak tidak saja pada pelayanan kepada para pengungsi, namun lebih dari itu yang harus dan perlu kita cermati justru bahwa upaya pelemahan ini memiliki tujuan yang lebih strategis. Yaitu meniadakan isu pengungsi," katanya.
"Jika isu pengungsi tidak ada, maka mereka para pengungsi terpaksa harus berada di masing-masing negara penampung selamanya. Dan isu return to homeland bagi para pengungsi Palestina menjadi nihil. Tujuan strategis inilah yang sebenarnya dikejar oleh Israel," tutupnya.