TRIBUNNEWS.COM -- Presiden Amerika Serikat Joe Biden kembali mencairkan bantuan militer sebesar 225 juta dolar atau setara Rp 3,66 triliun untuk Ukraina.
Dana tersebut akan diberikan ke Ukraina dalam bentuk senjata-senjata untuk memerangi agresor Rusia.
Pravda Eropa melaporkan paket bantuan tersebut disetujui dalam pertemuan Biden dengan Presiden Volodymyr Zelensky di Paris, Prancis pada Jumat (7/6/2024).
Baca juga: Joe Biden Takut Jadi Sasaran Rudal Rusia, Larang Ukraina Pakai Senjata Bikinan AS Serang Moskow
Dalam pertemuan tersebut Biden menekankan bahwa rakyat Amerika akan mendukung Ukraina dalam jangka panjang: "Kami masih mendukungnya. Sepenuhnya. Sepenuhnya," kata Biden.
Kepada Zelensky, Biden juga minta maaf karena keterlambatan pengiriman bantuan militer AS selama berbulan-bulan.
Akibat telatnya bantuan tersebut, Ukraina kini babak belur dihajar bom-bom Rusia di wilayah timur dan selatan Ukraina. Vladimir Putin pun mendapatkan keuntungan dengan terus menggerogoti wilayah Ukraina.
Dalam keterangannya, Pentagon mengatakan paket tersebut akan memberi Ukraina kemampuan tambahan untuk memenuhi kebutuhan paling mendesaknya di medan perang.
Baca juga: Rusia Tangkap Peneliti Prancis di Sebuah Restoran Karena Dicurigai Bagian dari Intelijen
Paket tersebut mencakup, khususnya:
- Rudal untuk sistem pertahanan udara HAWK;
- Rudal antipesawat Stinger;
- Amunisi untuk Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS);
howitzer 155mm; - Amunisi artileri 155mm dan 105mm;
- Selongsong mortir 81 mm;
- Pengangkut personel lapis baja M113;
- Trailer untuk mengangkut alat berat;
- Kapal patroli pesisir dan sungai;
- Sistem rudal anti-tank TOW;
- Sistem anti-tank Javelin dan AT-4;
- Amunisi dan granat untuk senjata ringan;
amunisi penghancur; - Perangkat night vision, suku cadang, pemeliharaan dan peralatan pendukung lainnya.
Pada hari Rabu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa AS dan sekutunya pada dasarnya telah menyatakan “partisipasi langsung mereka dalam perang melawan Rusia” dengan memasok lebih banyak pasokan senjata canggih ke Kiev.
"Dan mengizinkan penggunaannya di dalam wilayah Rusia," keta Putin kepada sejumlah media Barat yang dianggap memusuhinya.
Ia mengatakan Rusia sangat menyadari bahwa Ukraina tidak dapat menembakkan sistem senjata canggih tanpa informasi intelijen dan penargetan yang diberikan oleh sponsor Barat mereka, Putin menekankan.
Putin memperingatkan, peningkatan lebih lanjut yang dilakukan oleh pendukung asing di Kiev dapat menyebabkan masalah yang sangat serius.
Putin pun mengancam bahwa Moskow dapat merespons secara “asimetris” dengan memasok “senjata serupa ke wilayah-wilayah di dunia di mana senjata tersebut akan digunakan terhadap situs-situs sensitif di negara-negara Barat tersebut.” (Pravda/Russia Today)