TRIBUNNEWS.COM - Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi Tawfiq al-Rabiah panen hujatan netizen gegara melarang slogan-slogan solidaritas untuk Gaza di Mekkah selama ibadah haji.
Al-Rabiah mengatakan kepada wartawan di Riyadh bahwa "haji dikenal sebagai salah satu bentuk ibadah", Middle East Eye melaporkan.
Jadi, kerajaan ingin memastikan "perdamaian" selama jamaah menunaikan ibadah.
"Haji adalah untuk ibadah dan bukan untuk slogan politik apa pun, dan inilah yang ingin dipastikan oleh para pemimpin kerajaan – bahwa haji mengandung manifestasi tertinggi dari kerendahan hati, ketenangan dan spiritualitas," urainya.
Komentar tersebut memicu kemarahan banyak pengguna media sosial, khususnya umat Muslim.
Banyak yang mempertanyakan kata-kata yang ambigu dalam pernyataan tersebut.
"Islam adalah cara hidup. Tidak ada perbedaan antara bagian politik dan ibadah dalam Islam," kata seorang pengguna.
Yang lain menyoroti bahwa haji adalah waktu untuk merefleksikan esensi menjadi seorang Muslim, termasuk “bertindak melawan penindasan”.
“Dengan terjadinya bencana besar di Gaza, diamnya rezim Saudi adalah hal yang menjijikkan bagi umat manusia, apalagi umat Islam,” kata salah satu pengguna.
Beberapa orang menyoroti apa yang mereka anggap sebagai standar ganda dalam instruksi dari otoritas Saudi.
Baca juga: Masa Ibadah Haji 2024, BPKH Kirim 76 Ton Bumbu Indonesia untuk Kebutuhan Makan Jemaah WNI
Di antara kritik tersebut, analis politik Sami Hamdi mempertanyakan pernyataan Rabiah.
"Apa maksudnya? Jangan membahas genosida di Gaza saat Anda berada di Rumah Allah?," tanyanya.
Dalam beberapa bulan terakhir, pemerintah Saudi dilaporkan telah meningkatkan tindakan keras mereka terhadap orang-orang yang kritis terhadap serangan gencar Israel di Gaza.
Bulan lalu, pihak berwenang Saudi dilaporkan menangkap seorang pengusaha dan tokoh media karena mengungkapkan pandangan yang “menghasut” terhadap Israel dan menyerukan boikot terhadap restoran cepat saji Amerika di kerajaan tersebut.
Tindakan keras terhadap kebebasan berpendapat seperti ini semakin sering terjadi sejak Putra Mahkota Mohammed bin Salman menjadi pemimpin de facto pada tahun 2017.
Kurang lebih 1,2 juta umat Islam telah tiba di Mekah dalam sepekan terakhir untuk melangsungkan ibadah Haji.
Para imam Saudi yang pro-pemerintah telah berdoa secara terbuka untuk Gaza dan Palestina dalam khotbah Jumat mingguan sejak bulan Oktober.
Tapi, dengan aturan baru diumumkan oleh Menteri Haji, ekspresi seperti itu mungkin saja akan dibatasi.
Arab Saudi belum secara resmi mengakui Israel sejak negara tersebut didirikan pada 1948.
Arab Saudi telah menjadi penentang dan pengkritik keras sejak Israel melancarkan serangan ke Gaza.
Mahkamah Agung Saudi pada Kamis, mengumumkan ibadah haji tahunan akan dimulai pada 14 Juni dan Idul Adha akan diperingati dua hari kemudian.
Haji adalah salah satu dari lima rukun Islam dan merupakan kewajiban agama bagi semua Muslim yang sehat, mampu secara finansial, berakal sehat, dan cukup umur untuk menunaikan ibadah haji setidaknya sekali seumur hidup.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)