TRIBUNNEWS.COM - Dewan Keamanan (DK) PBB resmi mendukung resolusi gencatan senjata yang diusulkan oleh Amerika Serikat (AS), Senin (10/6/2024).
Sebanyak 14 negara menyutujui proposal gencatan senjata tersebut, sementara Rusia menyatakan abstain dalam pemungutan suara.
Resolusi tersebut menyambut baik proposal gencatan senjata tiga fase yang diumumkan oleh Presiden AS Joe Biden bulan lalu.
Seperti diketahui, Joe Biden menyerukan gencatan senjata awal selama enam minggu dan pertukaran beberapa tawanan Israel yang ditahan di Gaza dengan tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Tahap kedua akan mencakup gencatan senjata permanen dan pembebasan sisa tawanan.
Sementara tahap ketiga akan melibatkan upaya rekonstruksi Jalur Gaza yang hancur.
Dikutip dari Al Jazeera, resolusi tersebut menyerukan Hamas, yang awalnya mengatakan mereka memandang proposal tersebut “secara positif”, untuk menerima rencana tiga tahap tersebut.
Mereka mendesak Israel dan Hamas “untuk sepenuhnya melaksanakan persyaratannya tanpa penundaan dan tanpa syarat”.
Hamas dengan cepat menyambut resolusi tersebut pada hari Senin.
Dalam sebuah pernyataan setelah pemungutan suara, Hamas mengatakan pihaknya siap bekerja sama dengan mediator dan melakukan negosiasi tidak langsung mengenai penerapan prinsip-prinsip perjanjian tersebut.
Israel Bersikeras akan Lanjutkan Perang
Baca juga: DK PBB Setujui Proposal Gencatan Senjata di Gaza, Hamas dan Palestina Sambut Baik
Sementara itu, Israel bersikeras untuk melanjutkan operasi militernya di Gaza.
Israel mengatakan bahwa mereka tidak akan terlibat dalam perundingan yang “tidak berarti” dengan Hamas.
Dikutip dari CNN, pernyataan Israel ini muncul tak lama setelah Dewan Keamanan PBB menyetujui rencana gencatan senjata.
Perwakilan Israel untuk PBB, diplomat senior Reut Shapir Ben-Naftaly, menekankan pada pertemuan DK PBB bahwa negaranya ingin “memastikan bahwa Gaza tidak menjadi ancaman bagi Israel di masa depan”.
Ben-Naftaly mengatakan perang tidak akan berakhir sampai semua sandera dikembalikan dan kemampuan Hamas “dibongkar”.
Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, mengatakan bahwa Amerika akan menjamin Israel memenuhi kewajibannya.
Sementara Mesir dan Qatar akan melakukan hal yang sama terhadap Hamas.
"Pertempuran bisa berhenti hari ini," katanya.
Baca juga: Soal Gencatan Senjata di Gaza, Blinken Kembali Lakukan Perjalanan ke Timur Tengah, Hamas Desak AS
Namun negosiasi rinci untuk menerapkan ketentuan-ketentuannya belum menghasilkan kesepakatan baik dari Israel maupun Hamas.
Duta Besar juga mengatakan kesepakatan itu “menolak segala perubahan geografis” di Gaza dan menegaskan kembali komitmen solusi dua negara.
Utusan Palestina untuk PBB Riyad Mansour mengatakan Otoritas Palestina – yang memerintah Tepi Barat yang diduduki Israel – menyambut baik kesepakatan itu sebagai “langkah ke arah yang benar”.
Namun dirinya mengatakan bahwa terserah pada Israel untuk menerapkan langkah-langkah tersebut.
"Kami menginginkan gencatan senjata," kata Riyad Mansour.
"Beban ada di pihak Israel untuk menerapkan resolusi ini," tambahnya.
"Buktinya ada di pudingnya. Kita akan melihat siapa saja yang berkepentingan untuk melihat resolusi ini menjadi kenyataan dan siapa yang menghalanginya serta ingin melanjutkan perang genosida terhadap rakyat kita," pungkasnya.
Baca juga: Israel Makin Menggila di Gaza, AS Bujuk Yordania, Mesir dan Qatar Dukung Gencatan Senjata
Alasan Rusia Abstain
Rusia abstain dalam pemungutan suara PBB, sementara 14 anggota Dewan Keamanan lainnya mendukung resolusi yang mendukung rencana gencatan senjata tiga fase.
Alasannya, Moskow mempertanyakan apa yang secara khusus disetujui Israel dan mengatakan Dewan Keamanan tidak boleh menandatangani perjanjian dengan “parameter yang tidak jelas”.
"Kami tidak ingin menghalangi resolusi tersebut hanya karena, sejauh yang kami pahami, resolusi tersebut didukung oleh dunia Arab," kata Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia, dikutip dari Reuters.
Sementara Aljazair, satu-satunya anggota dewan yang berasal dari Arab, mendukung resolusi tersebut.
Baca juga: Israel Tolak Usulan Gencatan Senjata dari AS, Yahya Sinwar: Hamas Tak Akan Meletakkan Senjata
"Kami yakin resolusi tersebut dapat mewakili sebuah langkah maju menuju gencatan senjata yang segera dan langgeng," kata Duta Besar Aljazair untuk PBB, Amar Bendjama, kepada dewan tersebut.
"Ini menawarkan secercah harapan bagi Palestina."
"Sudah waktunya menghentikan pembunuhan," tegasnya.
Selama berbulan-bulan, perunding dari AS, Mesir dan Qatar telah berusaha menengahi gencatan senjata.
Hamas mengatakan mereka menginginkan diakhirinya perang di Jalur Gaza secara permanen dan penarikan Israel dari wilayah kantong berpenduduk 2,3 juta orang itu.
Israel melakukan pembalasan terhadap Hamas, yang menguasai Gaza, atas serangan yang dilakukan militannya pada 7 Oktober.
Baca juga: Isinya Diubah, Israel Tolak Proposal Joe Biden soal Gencatan Senjata dengan Hamas
Lebih dari 1.200 orang terbunuh dan lebih dari 250 orang disandera oleh Hamas pada 7 Oktober, menurut penghitungan Israel.
Lebih dari 100 sandera diyakini masih ditawan di Gaza.
Israel melancarkan serangan udara, darat dan laut di wilayah Palestina, menewaskan lebih dari 37.000 warga Palestina, menurut otoritas kesehatan Gaza.
(Tribunnews.com/Whiesa)