News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

6 Risiko Besar Apabila Israel Nekat Lawan Hizbullah, Tak Ada Jaminan untuk Menang

Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: Bobby Wiratama
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Cuplikan video yang dirilis oleh media Hizbullah memperlihatkan drone Hizbullah menghantam situs militer Israel di kota Hurfish, Israel utara (wilayah Palestina yang diduduki) pada Rabu (5/6/2024).

TRIBUNNEWS.COM - Mantan Wakil Penasihat Keamanan Nasional Israel, Chuck Freilich menjelaskan bahwa Israel memiliki 6 opsi yang harus dipertimbangkan dalam melawan Hizbullah.

Freilich mengatakan kepada surat kabar Haaretz, keenam opsi ini dapat menyebabkan perang multi-front.

Menurut mantan pejabat Israel ini, kemampuan Hamas saat ini telah meningkatkan kesediaan Hizbullah untuk melawan Israel.

Hizbullah yakin pihaknya dapat melawan Israel dan bahkan mengatasinya.

Freilich menyoroti enam opsi di antaranya, melanjutkan jalur yang ada, gencatan senjata sepihak, diplomasi koersif, inisiatif diplomatik, operasi terbatas, dan operasi besar.

Namun dari keenam opsi ini memiliki dampak masing-masing dan tidak memberikan jaminan kemenangan bagi Israel

6 Risiko Besar Israel

Mengutip dari Al Mayadeen, berikut 6 opsi atau risiko Israel dalam melawan Hizbullah:

1. Melanjutkan Kebijakan yang Ada Saat ini

Freilich mengatakan selama perang, Hizbullah maupun Israel berhati-hati dalam melakukan eskalasi.

Keduanya memiliki pertahanan yang sama setelah tahun 2006.

Jika kembali ke kebijakan seperti sebelumnya kemungkinan besar akan mengarah pada gencatan senjata jangka panjang.

Baca juga: Canggihnya Drone Hizbullah Buat Tentara Israel Kelabakan, Sulit Lakukan Pencegahan

Tentunya hal tersebut menjadi risiko yang besar bagi Israel.

Pasalnya, Israel tidak ingin kalah dalam melawan Hizbullah.

2. Gencatan Senjata Sepihak

Harapan Israel melakukan gencatan senjata sepihak adalah mengisolasi Hizbullah dan memaksa mereka melakukan gencatan senjata.

Namun ini akan menjadi risiko besar.

Freilich mengatakan dengan Israel memilih gencatan sepihak, maka mereka akan dilihat lemah oleh Internasional.

3. Peringatan atau Ancaman

Setelah gencatan senjata sepihak, Israel akan mengeluarkan peringatan kepada Hizbullah.

Peringatan ini meminta Hizbullah menghentikan serangannya dalam jangka waktu tertentu.

Dengan ancaman jika tidak berhenti maka Israel akan menyerang.

Akan tetapi opsi ini tidak akan disetujui oleh Presiden AS, Joe Biden.

Terutama saat ini, Biden akan maju dalam pemilu AS tahun ini.

Tidak hanya itu, Hizbullah juga kemungkinan besar akan menolaknya.

Sehingga ini bisa meningkatkan risiko sekala penuh.

4. Inisiatif Diplomatik

Menurut Freilich, apabila Israel mengambil opsi ini, maka akan sulit untuk mempertahankan kesepakatan.

Dia juga menyebutkan bahwa pengaturan seperti itu akan mengharuskan Israel untuk membuat konsesi teritorial di sepanjang perbatasan.

5. Operasi Terbatas

Dalam opsi ini, Israel berencana memaksa Hizbullah untuk menerima gencatan senjata.

Mereka juga meminta Hizbullah untuk menjauh dari perbatasan.

Sehingga penduduk utara dapat kembali ke rumah mereka.

Namun, Freilich mencatat operasi ini tidak memiliki jaminan kemenangan dan tidak akan memperbaiki situasi.

6. Operasi Besar

Freilich menjelaskan tujuan Israel menerapkan opsi ini adalah untuk membawa perubahan dalam situasi tersebut.

Akan tetapi, opsi ini memiliki risiko besar dan dapat memicu perang multi-front.

Risiko besar terutama akan berdampak pada perekonomian dan kemampuan militer Israel.

Menurutnya, dengan mengambil opsi ini maka akan menyebabkan meningkatnya sentimen anti-Israel di Amerika Serikat dan di seluruh dunia.

Selain itu, banyak orang akan menduga bahwa tindakan Israel didorong oleh kebutuhan Netanyahu untuk melanjutkan permusuhan untuk menunda pemilu.

Saat ini, Israel sedang mengalami krisis politik Internal.

Sehingga Israel sulit menangani situasi perang saat ini,

Freilich kemudian menyoroti kegegalan Israel dalam menghalau kemampuan Hizbullah.

Oleh karena itu, ia memperingatkan kepada Israel apabila ingin mengambil suatu keputusan harus diperhitungkan.

Pasalnya, semuanya bisa berdampak seperti 6 risiko besar di atas.

Konflik Hizbullah vs Israel

Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam serangkaian perang sejak invasi Israel ke Lebanon selatan pada tahun 1982 selama Perang Saudara Lebanon.

Hizbullah akhirnya mengalahkan Israel, yang mundur dari Lebanon selatan pada tahun 2000.

Perang Lebanon tahun 2006 juga berakhir dengan kebuntuan yang disebut-sebut oleh Hizbullah sebagai kemenangan.

Setelah itu, Israel menarik diri dari Lebanon setelah konflik selama 34 hari.

Tahun-tahun berikutnya telah terjadi serangkaian bentrokan tingkat rendah antara Hizbullah dan Israel.

Akan tetapi kekhawatiran meningkat setelah invasi Israel di Gaza.

(Tribunnews.com/Farrah Putri)

Artikel Lain Terkait Hizbullah dan Israel

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini