TRIBUNNEWS.COM - Rusia mengeklaim, menggunakan bom vakum atau bom termobarik di Ukraina.
Namun, Ukraina membantah Rusia menggunakan senjata yang dijuluki "bapak segala bom" (father of all bombs) itu.
Para ahli berpendapat, Rusia menggunakan senjata yang lebih kecil, tetapi tetap memiliki daya rusak tinggi yang digunakan dalam serangan di wilayah Kharkiv awal minggu ini.
Dilaporkan sebelumnya, sumber-sumber Rusia dan Ukraina membagikan video pada hari Selasa (1/10/2024) yang dimaksudkan untuk menunjukkan pasukan Moskow menyerang pemukiman Vovchansk di timur laut Ukraina dengan bom termobarik ODAB-9000.
Vitaliy Sarantsev, juru bicara pasukan Ukraina yang beroperasi di sekitar wilayah Kharkiv, di mana Vovchansk termasuk di dalamnya, mengatakan Rusia malah menggunakan bom luncur yang lebih kecil, bukan bom vakum itu.
"Laporan tersebut tidak benar," kata Sarantsev dalam sebuah pernyataan, mengutip Newsweek.
Sarantsev mengatakan, untuk meluncurkan ODAB-9000, Rusia perlu menggunakan salah satu pembom strategis Tu-160.
"Tetapi pergerakan pesawat tersebut tidak terdeteksi," ujarnya.
"Amunisi yang digunakan memiliki bobot dan daya yang lebih kecil, yang ledakannya digunakan oleh para propagandis untuk menciptakan gambaran yang 'spektakuler'," tambah juru bicara tersebut.
"Klaim Rusia bahwa senjata termobarik raksasa, ODAB-9000, telah digunakan tampaknya tidak masuk akal," kata pakar senjata dan jurnalis, David Hambling kepada Newsweek.
"Bom yang sangat besar, ODAB-9000 berukuran beberapa kali lebih besar dari senjata Rusia lainnya," kata Hambling.
Baca juga: Drone Ukraina Serang Pangkalan Udara Rusia yang Menampung Jet Su-34, Su-35, dan Bahan Bakar
"Tidak adanya kerusakan yang jelas pada bangunan-bangunan di sekitarnya menunjukkan ledakan berskala lebih kecil," kata Hambling.
Sumber lain, termasuk setidaknya salah satu blogger militer Rusia, menyatakan bom yang digunakan di Vovchansk adalah ODAB-1500 yang lebih kecil.
"Bom itu (ODAB-1500) lebih masuk akal," kata Hambling.