TRIBUNNEWS.COM - Media Barat melaporkan bahwa kekhawatiran di kalangan pejabat Amerika Serikat (AS) belakangan semakin meningkat soal ketagangan Israel-Hizbullah.
Berdasarkan laporan CNN pada Kamis (21/6/2024), pejabat Gedung Putih berpikir kalau kelompok perlawanan yang menguasai Lebanon itu bisa mengalahkan sistem Iron Dome milik Israel.
Kekhawatiran ini berasal dari persenjataan Hizbullah yang berupa rudal dan drone, termasuk amunisi berpemandu presisi.
"Kami menilai setidaknya beberapa baterai Iron Dome akan kewalahan," kata seorang pejabat senior pemerintah AS, bersama dua orang lainnya yang tidak ingin disebutkan namanya, kepada CNN.
Para pejabat Israel menyatakan keterkejutannya atas kecanggihan serangan Hizbullah baru-baru ini.
Apalagi beredar rekaman dijejaring sosial yang menunjukkan sebuah drone merusak baterai Iron Dome, awal bulan ini.
Militer Israel membantah adanya kerusakan sistem.
Akan tetapi, para pejabat Israel tampaknya percaya bahwa kemampuan Hizbullah merupakan ancaman nyata, khususnya di wilayah utara.
"Kemampuan Perlawanan untuk menyebarkan senjata berpemandu presisi dalam jumlah besar tetap menjadi perhatian utama strategi keamanan Israel," tulis CNN.
Di tengah meningkatnya ketegangan, para pejabat AS menekankan peran penting sistem pertahanan udara tambahan dan pengisian ulang Iron Dome dalam skenario potensi konflik.
Dan rupanya, AS telah menginvestasikan $2,9 miliar dalam program Iron Dome Israel.
Baca juga: Israel Siapkan Kuburan Massal Hadapi Pertempuran IDF dengan Pasukan Hizbullah Lebanon
“Fakta bahwa kami berhasil mempertahankan garis depan selama ini merupakan sebuah keajaiban,” kata seorang pejabat senior AS kepada CNN .
Implokasi dari konflik yang lebih luas antara Israel dan Hizbullah bisa jadi sangat menakutan.
Persenjataan Hizbullah diperkirakan mencakup sekitar 150.000 roket dan rudal.
Beberapa di antaranya memiliki kemampuan presisi jarak jauh yang dapat menjangkau jauh ke dalam wilayah Israel.
Permusuhan lintas batas baru-baru ini dan meningkatnya retorika menunjukkan adanya situasi genting yang dapat meningkat dengan cepat.
Para pejabat Israel telah mengisyaratkan kesiapan untuk melakukan aksi militer, yang bertujuan untuk menciptakan zona penyangga dan memfasilitasi kembalinya warga Israel yang dievakuasi di wilayah utara, menurut CNN .
Meskipun mengakui kekhawatiran Israel terhadap keamanan, para pejabat AS telah menyatakan keberatannya mengenai potensi konflik yang lebih luas dan dampak regionalnya.
Mereka telah memperingatkan adanya konsekuensi yang tidak diinginkan, termasuk risiko menarik pemain regional lainnya dan mengancam stabilitas di Timur Tengah.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)