Jerman Mengutuk Seruan Itamar Ben Gvir untuk Mengusir Warga Palestina dari Gaza
TRIBUNNEWS.COM- Jerman mengutuk seruan menteri sayap kanan Israel untuk mengusir warga Palestina dari Gaza.
'Kami dengan tegas menolak pendudukan atau pengusiran' warga Palestina dari Gaza, kata Kementerian Luar Negeri, menanggapi seruan Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir untuk pengusiran mereka
Jerman pada hari Rabu mengecam seruan yang dilontarkan oleh Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel Itamar Ben-Gvir untuk mengusir warga Palestina dari Jalur Gaza.
“Kami dengan tegas menolak pendudukan atau pengusiran (warga Palestina) dari Gaza. Kami telah memperjelas hal ini berulang kali dan pernyataan seperti itu tidak dapat diterima dan, menurut pendapat kami, juga berkontribusi terhadap memburuknya situasi,” kata Wakil Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Christian Wagner pada konferensi pers di Berlin.
Pada hari Selasa, Ben-Gvir, yang juga merupakan pemimpin Partai Kekuatan sayap kanan, meminta pemerintah di Tel Aviv untuk "mendorong migrasi" warga Palestina dari Jalur Gaza, saat ia bergabung dengan ribuan warga Israel dalam pawai Hari Kemerdekaan sayap kanan di selatan yang dipimpin oleh aktivis Yahudi yang mengadvokasi pemukiman kembali Gaza dan memaksa warga Palestina untuk meninggalkan daerah kantong tersebut.
Jerman berbeda dengan seruan Uni Eropa agar Israel menghentikan operasi militer di Rafah.
Sementara itu, Jerman menentang seruan yang diberikan oleh kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell, dengan mengatakan bahwa Jerman tidak akan memberikan nasihat kepada Israel tentang bagaimana melakukan kampanye militernya di Rafah, di Jalur Gaza selatan.
“Terserah kepada pemerintah Israel untuk menjelaskan bagaimana mereka bermaksud memastikan perlindungan terhadap penduduk sipil dan melakukannya secara efektif dalam operasi militer mereka,” kata Wagner.
Sebelumnya pada hari Rabu, Borrell mendesak Israel untuk segera mengakhiri operasinya di Rafah, dengan mengatakan operasi tersebut mengganggu distribusi bantuan kemanusiaan di Gaza dan menyebabkan lebih banyak pengungsian internal, kelaparan, dan penderitaan.
"Uni Eropa meminta Israel untuk tidak memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah buruk di Gaza dan membuka kembali titik penyeberangan Rafah. Jika Israel melanjutkan operasi militernya di Rafah, hal itu pasti akan memberikan tekanan berat pada hubungan Uni Eropa dengan Israel," kata Borrell dalam sebuah pernyataan yang diunggah di X.
Meskipun adanya tekanan internasional, otoritas Israel telah secara ketat membatasi masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza, yang menyebabkan ratusan ribu warga sipil terancam kelaparan.
Israel dituduh melakukan “genosida” di Mahkamah Internasional, yang telah memerintahkan Tel Aviv untuk memastikan pasukannya tidak melakukan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.
Komentar wakil juru bicara pemerintah mengenai hak asasi manusia Israel menimbulkan kehebohan
Dalam perkembangan terkait, juru bicara Kanselir Olaf Scholz menimbulkan kegemparan di kalangan perwakilan media Berlin pada hari Rabu ketika ia mengklaim bahwa Israel mengikuti hukum internasional dalam perangnya di Gaza, meskipun PBB, Uni Eropa, dan organisasi hak asasi manusia semuanya telah menyatakan dengan tegas bahwa Tel Aviv telah melakukan pelanggaran besar-besaran terhadap hukum internasional.
"Posisi Kanselir mengenai masalah ini sepenuhnya jelas dan tidak berubah. Israel memiliki hak berdasarkan hukum internasional untuk membela diri terhadap serangan Hamas yang sedang berlangsung," kata Wakil Juru Bicara Pemerintah Wolfgang Buchner dalam sebuah konferensi pers di ibu kota Jerman.
Israel telah melancarkan serangan tanpa henti di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober lalu yang menewaskan sekitar 1.200 orang.
Jumlah korban tewas warga Palestina akibat serangan terus-menerus Israel di Jalur Gaza telah meningkat menjadi 35.233, kata Kementerian Kesehatan di daerah kantong yang babak belur itu pada hari Rabu.
Setidaknya 79.141 orang lainnya juga terluka dalam serangan gencar tersebut, kementerian menambahkan dalam sebuah pernyataan.
“Pasukan Israel membunuh 60 orang dan melukai 80 lainnya dalam lima 'pembantaian' terhadap keluarga dalam 24 jam terakhir,” kata kementerian itu.
SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR, ANADOLU AJANSI