TRIBUNNEWS.COM – Militer Rusia dilaporkan menyerang tentara Ukraina di permukiman New York, Donbass.
Kanal-kanal Telegram Rusia pada Minggu (30/6/2024), melaporkan serangan itu menggunakan bom "raksasa" berdaya ledak tinggi seberat 3 ton.
Bom bernama FAB-300 itu dilengkapi modul pemandu dan menghantam pusat komando Ukraina.
Dikabarkan setidaknya ada 60 tentara yang tewas dan empat kendaraan yang hancur. Bahkan, menurut salah satu laporan, gedung yang dihantam itu "lenyap tanpa jejak".
Serangan itu terabadikan dalam rekaman yang diambil oleh pesawat tanpa awak. Dalam rekaman tersebut terlihat ada ledakan sangat besar.
Media Rusia bernama Russia Today mengaku tidak bisa memverifikasi video itu. Di sisi lain, Kementerian Pertahanan Rusia belum buka suara tentang serangan dengan bom FAB-300 itu.
FAB-3000 dilaporkan pertama kali digunakan di Desa Liptsy ketika tentara Rusia melakukan gerak maju di daerah Kharkiv dua minggu lalu.
Menurut pakar militer Rusia, bom itu cukup kuat untuk menghancurkan benteng terkuat sekali pun. Selain itu, teknologi baru bom itu juga memungkinkannya untuk menghantam target dengan akurasi tinggi.
Adapun para pakar militer Barat mengakui bahwa FAB-3000 beserta bom udara kecil lainnya memunculkan ancaman besar bagi tentara Ukraina.
Awal pekan ini Defense News menyebut, dalam beberapa bulan belakangan Rusia telah menggunakan senjata jenis ini guna menggempur garis depan pertahanan tentara Ukraina.
"Saat ini Ukraina hanya memiliki sedikit penangkal serangan bom luncur," kata Defense News.
Baca juga: Rusia Dituding Ubah Strategi Baru, Pecahan Rudal yang Tertembak Jatuh Bakar Pemukiman Sipil
Sekilas daerah New York
Permukiman New York pertama kali muncul dalam peta yang dibuat pada abad ke-19.
Asal-usul mengenai nama daerah yang mirip dengan ibu kota Amerika Serikat itu tidak diketahui secara jelas.
Beberapa sejarawan menyebut nama New York terkait seorang pengusaha Amerika yang menjalankan bisnis di sana.
Sementara itu, pihak lain mengaitkan nama itu dengan para pemukim Mennonite yang datang dari Kota Jork di Jerman.
Ada pula dugaan, nama itu adalah hasil dari kesalahan penerjemahan dari aksara Latin ke aksara Cyrillic.
Selama beberapa bulan terakhir tentara Rusia mendapat keberhasilan di Donbas. Pada Mei lalu, Rusia juga melancarkan serangan ke wilayah Kharkov.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan serangan itu merupakan balasan Rusia atas serangan Ukraina terhadap infrastruktur sipil Rusia di wilayah perbatasan.
Ukraina siapkan rencana akhiri perang
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan negaranya kini menyiapkan "rencana komprehesif" untuk mengakhiri konflik dengan Rusia.
Zelensky berujar rencana itu seharusnya sudah siap pada akhir tahun ini.
Baca juga: Taktik Baru Tentara Rusia Lewati Parit dan Ladang Ranjau Ukraina di Donbass
Hal itu disampaikan Zelensky dalam konferensi pers di Kiev pada Jumat (28/6/2024), selepas menemui Presiden Slovenia Natasa Pirc Musar.
"Kita juga akan mengerjakan semua poin lain dan Formula Perdamaian dan menyiapkan rencana komprehensif yang akan ada di atas meja, di depan rekan-rekan kita," kata dia.
"Penting bagi kita untuk menunjukkan rencana untuk mengakhiri perang," ujarnya.
Adapun Formula Perdamaian yang disinggung Zelensky itu adalah dokumen berisi 10 poin yang diungkapnya pada November 2022.
Beberapa poin itu ialah Rusia menyerahkan semua bekas wilauah Ukraina, menarik semua pasukannya, membayar biaya perbaikan, dan membawa penjahat perang ke pengadilan.
Di sisi lain, Rusia menyebut poin-poin itu tidak realistis.
"Ukraina harus kuat di medan tempur," Zelensky.
"Ada dua hal paralel, yakni menjadi kuat di medan tempur dan menyusun rencana, rencana yang jelas dan mendetail. Dan hal itu akan siap tahun ini."
(Tribunnews/Febri)