TRIBUNNEWS.COM - Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani, mengatakan Iran akan membela Lebanon jika Israel meluncurkan perang di sana.
Ia mengatakan Iran menganggap dukungan terhadap Lebanon sebagai landasan kebijakan luar negerinya.
"Teheran tidak akan ragu untuk membela rakyat Lebanon dan keamanannya bila diperlukan," kata Nasser Kanaani dalam konferensi pers, seperti diberitakan SNN, Senin (8/7/2024) kemarin.
“Rezim Zionis harus menyadari konsekuensi dari tindakan gegabahnya di Timur Tengah, terutama terhadap Lebanon,” lanjutnya.
Ia menegaskan setiap agresi terhadap Lebanon akan menyebabkan peningkatan ketegangan dan kerusuhan di wilayah tersebut.
"Rakyat, pemerintah, dan tentara di Lebanon mampu mempertahankan keamanan tanah airnya, dan perlawanan di Lebanon lebih kuat dari sebelumnya dan siap membela keamanan dan warga Lebanon," katanya, merujuk pada Hizbullah dan kelompok perlawanan lainnya di Lebanon, seperti diberitakan Mehr.
Israel dan sekutunya, AS, meyakini Iran mendukung dan mendanai kelompok perlawanan seperti Hizbullah Lebanon, Perlawanan Islam Irak, dan kelompok lainnya di Suriah untuk melawan Israel dan pengaruh AS di kawasan itu, selain mempertahankan kepentingan Iran.
Negosiasi Iran-AS
Nasser Kanaani juga membahas proses negosiasi antara Iran sebagai pihak yang dekat dengan Lebanon dan Amerika Serikat (AS) sebagai sekutu Israel untuk meredakan ketegangan antara Hizbullah Lebanon dan Israel di perbatasan.
“Masalah ini memiliki mekanisme khusus, dan Iran telah menggunakan seluruh upaya diplomasinya hingga saat ini," katanya dalam konferensi pers itu.
Ia mengatakan rincian upaya diplomasi itu akan dipublikasikan pada waktunya.
Baca juga: Gempur Israel, Hizbullah Gelar Dua Operasi Tepat Sasaran dalam Waktu 5 Menit
"Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, akan menggunakan segala kemampuan untuk mencapai kepentingan Iran terkait pencabutan sanksi terhadap Iran, termasuk mencapai kesepakatan mengenai nuklir," tambahnya.
Pernyataan ini muncul setelah meningkatnya ketegangan antara Israel dan Hizbullah di perbatasan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki, dengan Lebanon selatan.
Sebelumnya, militer Israel dikabarkan mempersiapkan diri untuk agresi skala penuh di Lebanon, yang dapat memicu perang dengan Hizbullah.
Pekan lalu, Hizbullah mengklaim telah meluncurkan lebih dari 200 roket dan drone ke posisi militer Israel sebagai balasan atas pembunuhan seorang komandan seniornya.
Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah menyatakan bergabung dengan perlawanan membela rakyat Palestina yang menghadapi agresi Israel di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Hizbullah menyerang sasaran militer Israel di perbatasan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki, dari wilayah Lebanon selatan yang merupakan basis militer Hizbullah.
Hizbullah berjanji akan berhenti menyerang perbatasan jika Israel menghentikan serangan militernya di Jalur Gaza.
Jumlah Korban
Saat Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 38.011 jiwa dan 87.266 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (4/7/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, seperti dilaporkan Anadolu Agency.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel memperkirakan kurang lebih ada 120 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Sementara itu, lebih dari 21.000 warga Palestina yang masih berada di penjara-penjara Israel, menurut laporanYedioth Ahronoth pada awal Juli 2024.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel