TRIBUNNEWS.COM - Pejabat Intelijen Tinggi Amerika Serikat (AS) menuding Pemerintah Iran secara diam-diam mendorong protes di AS atas perang Israel melawan Hamas di Gaza.
Hal itu disampaikan Direktur Intelijen Nasional Avril Haines dalam sebuah pernyataan, Selasa (9/7/2024).
Menurutnya, upaya Iran tersebut untuk memicu kemarahan menjelang pemilu.
Dengan menggunakan platform media sosial yang populer di AS, kata Haines, kelompok-kelompok yang terkait dengan Teheran telah menyamar sebagai aktivis daring.
Mereka disebut mendorong protes dan telah memberikan dukungan finansial kepada beberapa kelompok protes.
“Iran menjadi semakin agresif dalam upaya pengaruh asing mereka, berusaha memicu perselisihan dan merusak kepercayaan pada lembaga demokrasi kita,” kata Haines, Selasa, dilansir AP News.
Sementara itu, Sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan, penting untuk memperingatkan orang Amerika agar membantu mereka berjaga-jaga terhadap upaya kekuatan asing untuk mengambil keuntungan dari atau mengkooptasi kegiatan protes mereka yang sah.
"Campur tangan dalam politik kita dan berusaha untuk memicu perpecahan tidak dapat diterima," ujar Karine Jean-Pierre, dikutip dari Arab News.
Sebagai informasi, dalam beberapa tahun terakhir, Iran, Rusia, dan China disebut telah menyempurnakan kemampuan mereka untuk menggunakan bot daring dan jaringan akun media sosial palsu guna memperkuat perdebatan yang memecah belah di AS mengenai imigrasi, penembakan oleh polisi, Covid-19, bencana lingkungan, dan balon mata-mata China.
Dalam kebanyakan kasus, kampanye pengaruh ini mengeksploitasi konflik sosial yang ada, dan Haines mencatat pada hari Selasa, warga Amerika yang berpartisipasi dalam protes atas tindakan Israel di Gaza memiliki hak untuk mengekspresikan pandangan mereka.
Namun, Haines mengatakan warga Amerika perlu tahu kapan aktor asing mencoba mencampuri politik dalam negeri AS.
Baca juga: AS Tuduh Iran Kirim Senjata ke Houthi Yaman, Termasuk Teknologi Rudal Balistik
"Warga Amerika yang menjadi sasaran kampanye Iran ini mungkin tidak menyadari bahwa mereka berinteraksi dengan atau menerima dukungan dari pemerintah asing," lanjut Haines.
Sebelumnya, demonstrasi atas serangan Israel di Gaza muncul di kampus-kampus universitas di seluruh negeri dalam beberapa bulan terakhir.
Protes tersebut dengan cepat menjadi faktor dalam kampanye politik dan memicu kekhawatiran tentang antisemitisme dan peran "agitator luar" serta kekhawatiran tentang konflik regional yang lebih besar antara Israel dan Iran.