TRIBUNNEWS.COM - Setelah berulang kali mengalami 'musibah' dermaga apung di Gaza yang dibangun susah payah oleh Pentagon bakal ditutup permanen, kata para pejabat Amerika pada Kamis (11/7/2024).
“Saya mengantisipasi bahwa dalam waktu yang relatif singkat, kami akan menghentikan operasi dermaga,” kata Jake Sullivan, penasihat keamanan nasional Presiden Biden, kepada wartawan, dikutip dari New York Times.
Dermaga apung yang menghabiskan 230 juta dolar Amerika untuk instalasinya itu didirikan pada 17 Mei 2024 kemarin.
Pembangunan dermaga apung saat itu mencuri perhatian global, sebab bantuan lewat darat saja tidak dapat masuk tapi pemerintah malah beralih ke jalur laut.
Namun tiba-tiba, pemerintahan Biden berencana segera menutupnya secara permanen.
Dermaga sementara senilai $230 juta yang dibangun militer AS tujuanya untuk memudahkan mengalirkan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Dan yang cukup menggelitik, dermaga apung Gaza cuma aktif selama 12 hari untuk menyalurkan bantuan.
Banyak waktu terbuang karena dermaga rusak bahkan terbawa ombak.
“Sejak 17 Mei, Komando Pusat telah membantu pengiriman lebih dari 8.831 metrik ton, atau sekitar 19,4 juta pound, bantuan kemanusiaan ke pantai untuk selanjutnya didistribusikan oleh organisasi kemanusiaan,” kata Wakil Sekretaris Pers Pentagon Sabrina Singh kepada wartawan.
Gagal perbaiki dermaga apung
Rabu (10/7/2024) kemarin, personel dari Komando Pusat Militer berusaha menyambungkan kembali dermaga yang hanyut.
Baca juga: Berkali-kali Dibongkar, Dermaga Apung Gaza akhirnya Bakal Ditutup Permanen
"Tapi upaya tersebut gagal," kata Pentagon.
Sekretaris pers Pentagon, Mayjen Patrick S Ryder, menjelaskan upaya penyambungan itu gagal dikarenakan “masalah teknis dan terkait cuaca".
Terbilang itu adalah dua masalah berulang yang diidentifikasi The New York Times bulan lalu.
"Dermaga, kapal pendukung, dan peratalan lainnya akan kembali ke pelabuhan Ashdod, Israel, di mana peralatan itu akan tetap di sana sampai pemberitahuan lebih lanjut," terangnya.
Sebagaimana dilaporkan sebelumnya, pada Sabtu (25/5/2024) gelombang tinggi membuat dermaga bagian itu hanyut padahal baru seminggu diinstal.
Pengiriman bantuan pun dihentikan.
Menurut media Israel, ombak menyeret dermaga apung itu menuju Ashdod, sebuah kota terbesar keenam dan pelabuhan terbesar di Israel.
Channel 12 Israel melaporkan Angkatan Laut Israel lantas mengambil dan menyambungkan kembali bagian tersebut.
Kondisi cuaca menghadirkan tantangan yang signifikan bagi berlangsungnya dermaga tersebut.
Gelombang laut yang ganas di Mediterania menimbulkan ancaman terhadap integritas dan keamanan dermaga.
Setelah pecah akibat gelombang besar, dermaga tersebut dibongkar dan diangkut ke pelabuhan Ashdod di Israel untuk rekonstruksi.
Bisa dibilang, hanya sedikit yang mendarat di Gaza semenjak ada dermaga apung itu.
Kata Hamas dan Fatah soal dermaga apung Gaza
Seperti diketahui, pembangunan dermaga apung oleh AS didalihkan untuk membantu pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Alih-alih menekan Israel membuka blokade darat, AS tampak mendukung pengepungan dan membuat akses lain berupa dermaga yang tadinya dimaksudkan sebagai infrastruktur sementara.
Baca juga: Kepada DK PBB, China Sebut Gaza bak Penjara Terbuka, Kritik Dermaga Apung yang Dibangun AS
Namun, biaya pembangunan jutaan dolar serta wacana pembentukan pasukan gabungan internasional mengindikasikan kalau dermaga tersebut akan dijadikan permanen guna mobilisasi tak hanya barang dan bantuan, tetapi juga pasukan.
Hal ini yang diendus dua gerakan besar di Palestina, Hamas dan Fatah.
Juru bicara Gerakan Pembebasan Nasional Palestina (Fatah) Abdel Fattah Dawla pekan lalu mengatakan, pengoperasian dermaga Amerika di bawah kendali pendudukan Israel serta direbutnya kontrol penyeberangan Rafah dari sisi Palestina oleh Tentara Israel adalah sebuah konsekrasi dari pendudukan atas akses-akses penyeberangan tersebut dan isolasi total Jalur Gaza.
Juru bicara Fatah meminta warga Palestina di Gaza untuk tidak menganggap pelabuhan ini hanya sebagai koridor pengiriman bantuan kemanusiaan.
Fatah juga meminta agar warga Palestina waspada terhadap segala upaya yang mungkin mendorong penggunaan pelabuhan ini sebagai titik persimpangan untuk menggusur mereka dengan dalih apa pun, baik terpaksa, sukarela, atau dalih kemanusiaan.
Sebagai pengingat, Presiden AS Joe Biden mengumumkan rencana pembangunan dermaga sementara tersebut pada 7 April lalu.
Hal itu dilakukan dalam upaya untuk mengirimkan lebih banyak bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Keputusan ini tampaknya terkait peringatan PBB, ada situasi kelaparan yang dapat menimpa sekitar 576.000 warga Gaza, menurut Wall Street Journal (WSJ).
Namun, AS menyebut, operasi pemindahan dermaga akan diawasi oleh pasukan Israel, bukan pasukan Amerika sendiri.
"Kami tidak berencana menjadikan operasi ini sebagai operasi yang memerlukan pasukan AS di lapangan," kata seorang pejabat Amerika, seperti yang dilaporkan Politico.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)