TRIBUNNEWS.COM, NEPAL - Tim penyelamat Nepal melanjutkan pencarian, Sabtu (13/7/2024) dini hari, terhadap sedikitnya 63 orang yang hilang setelah hujan deras memicu tanah longsor yang menyapu dua bus dari jalan raya ke sungai.
Longsor di distrik Chitwan mendorong bus yang ditumpangi 66 orang ke dalam sungai, sekitar 30 meter dari jalan.
Puluhan penyelamat menghabiskan waktu berjam-jam berjuang menyisir sungai Trishuli yang deras.
Upaya penyelamat terhambat oleh air berlumpur dan arus sungai yang deras, sebelum matahari terbenam memaksa mereka untuk membatalkan pencarian.
Hingga kini belum ditemukan tanda-tanda kendaraan atau penumpangnya.
"Kami akan mencari di semua tempat yang memungkinkan," kata kepala distrik Chitwan Indra Dev Yadav kepada AFP.
"Kami akan mengerahkan seluruh kemampuan kami untuk melakukan pencarian dan penyelamatan meskipun ketinggian air, arus, dan kekeruhan air."
Baca juga: Presiden Nepal Minta Emir Qatar Bantu Bebaskan Pelajar yang Disandera sejak 7 Oktober
Pejabat distrik Khimananda Bhusal mengatakan kepada AFP pada hari Jumat bahwa bus-bus itu membawa sedikitnya 66 orang tetapi tiga penumpang berhasil melarikan diri dan dirawat di rumah sakit setempat.
Kecelakaan itu terjadi sebelum fajar di sepanjang jalan raya Narayanghat-Mugling, sekitar 100 km sebelah barat Kathmandu.
Satu bus sedang menuju dari ibu kota ke Gaur di distrik Rautahat di Nepal selatan, dan bus lainnya sedang dalam perjalanan ke Kathmandu dari Birgunj selatan.
Seorang pengemudi tewas dalam kecelakaan terpisah di jalan yang sama setelah sebuah batu besar menghantam bus yang ditumpanginya. Ia meninggal saat dirawat di rumah sakit.
Kecelakaan maut sering terjadi di republik Himalaya itu akibat jalan yang dibangun buruk, kendaraan yang tidak dirawat dengan baik, dan cara mengemudi yang ugal-ugalan.
Hampir 2.400 orang kehilangan nyawa di jalanan Nepal dalam 12 bulan hingga April, menurut angka pemerintah.
Dua belas orang tewas dan 24 orang terluka dalam kecelakaan pada bulan Januari ketika sebuah bus menuju Kathmandu dari Nepalgunj jatuh ke sungai.
Perjalanan darat menjadi lebih mematikan selama musim hujan tahunan karena hujan memicu tanah longsor dan banjir di negara pegunungan tersebut.
Hujan muson di Asia Selatan mulai bulan Juni hingga September menawarkan perlindungan dari panasnya musim panas dan sangat penting dalam mengisi kembali persediaan air, tetapi juga membawa kematian dan kehancuran yang meluas.
Curah hujan sulit diramalkan dan sangat bervariasi, tetapi para ilmuwan mengatakan perubahan iklim membuat musim hujan semakin kuat dan tidak menentu.
Banjir, tanah longsor, dan sambaran petir telah menewaskan 88 orang di seluruh negeri sejak musim hujan dimulai pada bulan Juni, menurut data kepolisian.