TRIBUNNEWS.COM - Pertemuan lima aktivis Nahdlatul Ulama (NU) dengan Presiden Israel Isaac Herzog disorot oleh Channel News Asia, media asal Singapura.
Pada lamannya, Channel News Asia menerbitkan artikel dengan judul "Indonesian government distance itself as meeting of five Islamic activists and Israel's presiden draws condemnation".
Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, judul itu bisa kira-kira berbunyi "Pemerintah Indonesia mengaku tak terlibat setelah pertemuan lima aktivis Islam dan Presiden Israel memicu kecaman".
Media menjelaskan bahwa Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Di samping itu, Indonesia mengecam keras serangan Israel di Gaza.
"Pemerintah Indonesia mengaku tak terlibat dalam kunjungan lima aktivis Nahdlatul Ulama, berujar bahwa hal itu tidak mencerminkan sikap resmi pemerintah," demikian laporan media itu.
Media Singapura itu turut merinci nama lima aktivis tersebut, yakni Zainul yang berprofesi sebagai dosen filsafat pada Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia, Munawir Aziz, Nurul Bahrul Ulum, Syukron Makmun, dan Izza Annafisah Dania.
Menurut media itu, belum diketahui dengan pasti kapan pertemuan itu berlangsung. Namun, pada media sosial Instagram, Zainul mengatakan mereka berbicara tentang konflik Israel-Hamas dan hubungan antara Indonesia dengan Israel.
"Saya bukan demonstran, melainkan filsuf-agamawan. Alih-alih demonstrasi di jalanan dan melakukan pemboikotan, saya lebih suka berdiskusi dan mengungkapkan gagasan," kata Zauinul.
Channel News Asia juga memberitakan bahwa program kunjungan ke Israel oleh para sarjana Indonesia telah berlangsung selama bertahun-tahun. Kunjungan itu memunculkan kontroversi tiap kali diketahui publik.
Sebagai contoh, pada tahun 2018 Yahya Cholil Staquf dikritik karena bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Saat ini dia menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Media itu turut mengabarkan kritik dari Majelis Ulama Indonesia dan NU mengenai kunjungan tersebut.
Baca juga: Gus Yahya Sebut Organisasi Rahim Dalang Pertemuan 5 Kader NU Dengan Presiden Israel Catut Nama PBNU
"MUI, badan cendekiawan Islam negara itu, mengatakan 'sangat menyesalkan' kunjungan itu, yang terjadi saat puluhan ribu warga Palestina dibunuh Israel," demikian kata Channel News Asia.
"Ini bukanlah pertama kalinya isu yang terkait dengan Israel memicu kemarahan di Indonesia di tengah perang di Gaza, yang menewaskan lebih dari 39.000 orang menutur pihak berwenang kesehatan setempat."
Channel News Asia juga menyinggung laporan pada bulan April lalu yang menyebutkan Indonesia akan menormalisasi hubungan dengan Israel demi bisa menjadi anggota Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD). Laporan itu dibantah oleh Kementerian Luar Negeri Indonesia.
Tanggapan PBNU, Muhammadiyah, dan MUI
PBNU, Muhammadiyah, dan MUI sudah menyampaikan tanggapan atas kunjungan itu.
Berikut tanggapan masing-masing.
PBNU: Perburuk Citra NU hingga Ancam Pencopotan sebagai Pengurus
Ketua PBNU Savic Ali mengatakan kunjungan tersebut dianggap sebagai tindakan orang yang tak memahami geopolitik, tak mengerti kebijakan NU secara organisasi, serta perasaan seluruh warga NU.
Selain itu, dia juga menyebut kelima warga NU tidak atas nama organisasi.
"Kita tidak tahu tujuannya apa dan siapa yang mensponsorinya. Ini tindakan yang disesalkan," kata Savic dalam keterangan di laman resmi NU, Minggu (14/7/2024) malam.
Savic menilai, meskipun mengatasnamakan kunjungan pribadi, mereka dikenal sebagai warga, bahkan aktivis NU, dan itu akan memperburuk citra NU di mata publik.
Padahal, sikap PBNU dan Nahdliyin sangat jelas sampai saat ini, yaitu berdiri di sisi Palestina dan mengecam agresi militer Israel.
"Israel sampai saat ini tak mengakui Palestina dan terus melakukan agresi militer yang memakan ribuan korban jiwa. Israel masih menjatuhkan bom dan peluru kepada warga Palestina. Korbannya banyak sekali, warga sipil," kata dia.
Savic menegaskan PBNU saat ini sedang berkomunikasi intensif dengan Palestina untuk membahas situasi terkini.
Kritik juga datang dari Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Lakpesdam) PBNU masa khidmah 2022-2027, Ulil Abshar-Abdalla.
Ia angkat bicara terkait kunjungan lima orang Nahdliyin tersebut.
“Saya secara pribadi mengecam dengan keras keberangkatan lima anak NU ke Israel baru-baru ini,” kata Ulil dikutip dari akun media X pribadinya, Minggu malam (14/7/2024).
Dia menegaskan kunjungan itu tidak bisa diterima dengan alasan apapun. Ulil pun menyebut bahwa kunjungan itu merupakan kunjungan pribadi yang bukan disponsori NU.
“Di tengah kebrutalan Israel saat ini, kunjungan ke Israel, apalagi bertemu dengan Presiden Israel, adalah tindakan yang tidak bisa diterima. Mereka berangkat atas nama pribadi, bukan NU,” tambahnya.
Di sisi lain, pertemuan kelima aktivis NU itu juga berbuntut panjang lantaran adanya ancaman mereka akan dicopot sebagai pengurus badan otonom di NU.
Adapun hal ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBNU, Saifullah Yusuf atau Gus Ipul.
Dia menuturkan awalnya PBNU bakal memanggil kelima aktivis NU tersebut untuk dimintai keterangannya terkait pertemuan tersebut.
"Yang bersangkutan akan dipanggil untuk dimintai keterangan dan penjelasan lebih dalam tentang maksud tujuannya, latar belakang, dan siapa yang memberangkatkan serta hal-hal prinsip lainnya," tuturnya pada Senin (15/7/2024) dikutip dari Kompas.com.
Selain kelima aktivis tersebut, Gus Ipul menuturkan PBNU juga bakal memanggil pimpinan banom.
Apabila ditemukan pelanggaran, maka kelima aktivis NU itu bakal diberhentikan statusnya sebagai pengurus banom.
MUI: Langgar Konstitusi
Sementara, Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, Sudarnoto Abdul Hakim menilai pertemuan lima aktivis NU dengan Isaac Herzog adalah tidak layak terjadi di tengah genosida terhadap warga Palestina oleh Israel.
"Saya sangat menyesalkan sekali ada aktivis muda NU pergi ke Israel. Sangat memprihatinkan saat puluhan ribu warga Palestina dibunuh secara bengis dan menjijikkan oleh Israel, lima aktivis ini bertemu Presiden Israel. Semua warga bangsa Indonesia memang berhak dan bahkan wajib membela Palestina," kata Sudarnoto kepada Tribunnews.com, Senin (15/7/2024).
Sudarnoto meminta para aktivis muda NU tersebut tidak mengabaikan konstitusi.
Menurut Sudarnoto, para aktivis muda NU tersebut telah melanggar konstitusi dengan bertemu Presiden Israel.
"Jangan abaikan konstitusi. Mereka melanggar konstitusi. Menteri luar negeri RI saja tidak pernah melakukan seperti itu," tutur Sudarnoto.
"Apa mereka tidak paham bahwa Indonesia tidak punya Hubungan diplomatik dengan Israel? Apa mereka enggak paham bahwa pemerintah Indonesia tidak akan pernah membuka Hubungan diplomatik dengan Israel sepanjang mereka masih menjajah? Apa mereka juga tidak mengerti konstitusi RI," tambah Sudarnoto.
Dia mempertanyakan kepergian para aktivis muda NU ke Israel, apakah sengaja melanggar konstitusi.
"Kalau mereka mengerti dan pergi ke Israel, arti mereka sengaja melanggar dan menantang konstitusi. Mereka tidak punya kepekaan sama sekali dan harus minta maaf secara terbuka," pungkasnya.
Muhammadiyah: Tidak Punya Hati Nurani
Ketua Pusat Pimpinan (PP) Muhammadiyah, Anwar Abbas menganggap pertemuan lima aktivis NU dengan Isaac Herzog adalah wujud anak bangsa yang tidak memiliki hati nurani di tengah genosida yang dilakukan Israel terhadap Palestina.
"Oleh karena itu jika ada dari anak-anak bangsa ini yang bermesraan dengan israel, padahal negara zionis tersebut, kita tahu, telah berbuat zhalim dan aniaya terhadap rakyat Palestina, maka hal demikian merupakan pertana bahwa mereka sudah tidak punya rasa perikeadilan serta perikemanusiaan," katanya kepada Tribunnews.com, Selasa (16/7/2024).
Anwar mengatakan jika memang tujuan pertemuan tersebut untuk mengubah tindakan Israel terhadap Palestina, maka dirinya menilai hal tersebut adalah upaya yang sia-sia.
Pasalnya, sambung Anwar, ratusan negara dan bahkan sekutu Israel seperti Spanyol, Inggris, dan Prancis saat ini sudah mendukung kemerdekaan bagi Palestina.
Namun, Anwar menuturkan dukungan semacam itu nyatanya tidak menyurutkan upaya Israel untuk tetap melakukan genosida terhadap Palestina.
"Ini pertanda bahwa Israel memang punya niat jahat untuk terus menduduki dan menjajah Palestina, bahkan kalau bisa mereka akan mendirikan sebuah negara baru yang disebut dengan Israel Raya yang meliputi beberapa negara yang ada di sekitarnya," tuturnya.
Lagi-lagi, Anwar kembali menegaskan bahwa pertemuan aktivis NU dengan Isaac Herzog selain tidak punya hati nurani, tetapi juga telah menentang dan melecehkan konstitusi.
"Untuk itu kita berharap agar semua pihak menghormati dan menjunjung tinggi konstitusi supaya kita sebagai bangsa tetap bersatu dan negara yang sama-sama kita cinta ini bisa maju," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Febri/Yohanes Liestyo Poerwoto/Fahdi Fahlevi)(Kompas.com/Singgih Wiryono)