TRIBUNNEWS.COM - Tumpahan minyak sepanjang lebih dari 200 km terlihat di dekat sebuah kapal tanker yang dihantam oleh kapal drone peledak Houthi di Laut Merah, menurut citra satelit pada hari Selasa (16/7/2024).
Dilansir The National, kapal tanker Chios Lion yang berbendera Liberia, membawa muatan minyak mentah.
Sebagai informasi, Liberia adalah salah satu negara anggota PBB yang mendukung pendirian negara Yahudi di Palestina pada tahun 1947.
Israel dan Liberia menjalin hubungan sejak akhir tahun 1950-an.
Kapal Chios Lion terlihat mengalami kerusakan parah ketika kapal drone yang meledak menabrak salah satu sisinya.
Serangan ini adalah bagian dari serangkaian kampanye Houthi yang menargetkan kapal yang berlayar sekitar 185 km barat laut kota pelabuhan Hodeidah di Yaman.
Laporan awal menunjukkan bahwa Chios Lion telah mengatasi serangan awal dengan kerusakan minimal.
“Meskipun awalnya menuju ke selatan, setelah serangan itu kapal tersebut berbalik dan kembali ke utara keluar dari daerah ancaman untuk menilai lebih lanjut kerusakan dan menyelidiki potensi tumpahan minyak,” kata Pusat Informasi Maritim Gabungan, sebuah kantor pers untuk koalisi internasional yang berusaha melindungi wilayah tersebut dari serangan Houthi.
Dikatakan kapten dan kru semuanya selamat.
Observatorium Konflik dan Lingkungan, sebuah LSM lingkungan hidup, mengatakan tumpahan minyak itu membentang sepanjang 220 km.
Meskipun tumpahan minyak terjadi hingga berkilo-kilometer, masih belum jelas berapa banyak minyak yang bocor.
Baca juga: Kapal Induk Canggihnya Diusir dari Laut Merah, AS Disebut Sudah Dipermalukan Houthi
Data pelayaran menyebutkan Chios Lion memiliki panjang 243 meter, yang menempatkannya dalam kategori kapal tanker minyak Aframax.
Kapal-kapal ini jauh lebih kecil dibandingkan kapal tanker minyak terbesar di kelas Ultra Large, yang dapat mengangkut hingga 3,7 juta barel minyak, namun masih dapat menampung antara 500.000 dan 700.000 barel minyak mentah.
Dean Mikkelsen, seorang konsultan keamanan yang berfokus pada wilayah tersebut, mengatakan kapal tersebut kemungkinan memiliki lambung ganda, berdasarkan informasi pembuatannya 14 tahun lalu.