TRIBUNNEWS.com - Israel tengah dilanda kepanikan setelah drone meledak di kawasan ibu kota negara, Tel Aviv, Jumat (19/7/2024).
Drone itu diketahui melaju dari arah laut menuju Tel Aviv dan akhirnya menabrak sebuah bangunan di persimpangan Jalan Ben Yehuda dan Jalan Shalom Aleichem, dekat Kedutaan Besar Amerika, sehingga menimbulkan ledakan dahsyat.
Al Mayadeen melaporkan ledakan semacam ini adalah yang pertama dan belum pernah terjadi dalam sejarah pendudukan Israel.
Juru Bicara Militer Israel membenarkan adanya ledakan di pusat kota Tel Aviv.
"Ledakan itu terjadi pada Jumat dini hari di Tel Aviv akibat serangan udara," kata Jubir Militer Israel, dilansir Anadolu Ajansi.
"Sirene tidak mendeteksi adanya serangan udara itu dan insiden ini sedang diselidiki," imbuh dia.
Buntut adanya ledakan itu, surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth, mengatakan Israel saat ini sedang dalam status "siaga tinggi".
Adanya ledakan itu dikabarkan membuat Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, membatalkan perjalanannya ke Amerika Serikat (AS).
Padahal, Netanyahu dijadwalkan berpidato di depan Kongres AS pada 24 Juli 2024 mendatang.
Ia juga disebut-sebut bakal bertemu Presiden AS, Joe Biden, dalam lawatannya ke Amerika.
Satu Orang Tewas
Dalam ledakan di Tel Aviv akibat serangan drone, satu orang tewas dan 10 lainnya terluka.
Baca juga: Pemilik Restoran di Vietnam Usir Keluarga Israel: Kami Hanya Menerima Manusia, Anjing, dan Kucing
Terpisah, kelompok Houthi di Yaman mengonfirmasi drone yang menghantam Tel Aviv adalah milik mereka.
Juru Bicara Houthi, Yahya Saree, mengatakan pihaknya menggunakan drone Yafa.
Nama drone itu diambil dari nama kota Palestina yang diduduki oleh Israel yang merupakan bagian dari Tel Aviv.