TRIBUNNEWS.COM - Ancaman terorisme di Singapura telah meningkat sejak perang Israel-Hamas.
Dalam laporan tahunannya tentang terorisme yang dirilis pada tanggal 25 Juli 2024, Departemen Keamanan Dalam Negeri (ISD) Singapura mengatakan elemen teroris telah menggunakan konflik Timur Tengah untuk menunjukkan aksi mereka.
The Straits Times memberitakan, ada lebih banyak retorika anti-Singapura di media sosial dari elemen ekstremis regional.
Beberapa warganet lokal menganggap Singapura bersikap pro-Israel.
Badan tersebut menambahkan, meski tidak ada indikasi ancaman langsung terhadap Singapura, kewaspadaan tetap diperlukan.
ISD mengatakan beberapa elemen ekstremis regional mempermasalahkan kontribusi Singapura pada Operasi Prosperity Guardian.
Operasi tersebut merupakan pasukan keamanan maritim internasional yang dibentuk untuk menanggapi serangan pemberontak Houthi Yaman terhadap pelayaran di Laut Merah.
Dari Januari hingga Juni 2024, Angkatan Bersenjata Singapura mengirimkan 12 personel untuk membantu pembagian informasi dan perencanaan operasi dalam operasi ini.
Menyusul hal ini, ISD mengatakan ada unggahan di media sosial yang mendesak serangan terhadap Singapura menggunakan bom dan roket, dan menyerukan agar Republik tersebut dihancurkan dan dimusnahkan.
Adapun perang Israel-Hamas dimulai setelah Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023. Israel menanggapinya dengan serangan udara dan invasi ke Gaza.
Sejauh ini, lebih dari 40.000 orang telah meninggal.
Baca juga: Pakistan Tetapkan Netanyahu Teroris, Bentuk Komite untuk Memboikot Bisnis yang Mendukung Israel
Pada bulan Maret, intelijen AS menilai perang tersebut kemungkinan akan berdampak lintas generasi terhadap terorisme.
ISD mengatakan konflik tersebut telah memicu kejahatan kebencian dan serangan bermotif agama di seluruh dunia.
Tuduhan Qatar Sponsor Terbesar Terorisme di Timur Tengah
Putra sulung Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Yair Netanyahu menuduh Qatar sebagai salah satu sponsor terbesar terorisme di Timur Tengah.
Berbicara di sebuah pertemuan di Miami, anak Benjamin Netanyahu mengklaim, Washington dan New York menggelar karpet merah untuk Qatar, meskipun negara itu merupakan penyumbang dana terorisme terbesar kedua, setelah Iran, Middle East Monitor melaporkan.
Dalam rekaman yang diungkapkan oleh Walla, Yair terdengar berbicara di panel konferensi Gereja Evangelis di Miami, Florida, tempat ia tinggal selama beberapa bulan.
"Anda memiliki sponsor terorisme lainnya, yaitu Qatar," katanya kepada hadirin.
"Ini adalah negara kaya yang, karena suatu alasan, mendapat perlakuan istimewa di Washington dan New York, tetapi mereka adalah pemodal terorisme terbesar kedua di dunia setelah Iran," lanjutnya.
Putra perdana menteri juga menuduh bahwa Doha adalah "donor terbesar bagi universitas-universitas Amerika, yang menyiratkan adanya hubungan antara pendanaan Qatar dan protes mahasiswa pro-Palestina baru-baru ini di kampus-kampus."
"Pendanaan sayap kiri radikal dan organisasi-organisasi [George] Soros" karena mengorganisasi protes-protes terhadap Israel ini. "Namun, Israel bukanlah target mereka yang sebenarnya," klaimnya.
"Target mereka yang sebenarnya adalah menghancurkan tatanan sosial Amerika Serikat,"
"Israel hanyalah sebuah eksperimen untuk melihat seberapa baik pasukan penindas dan perusuh ini akan bekerja ketika mereka benar-benar ingin memanfaatkannya."
Pernyataan Yair muncul pada saat yang sensitif.
Doha sejauh ini memainkan peran mediasi utama.
Baca juga: Negaranya Diserang Iran, Putra Netanyahu Malah Hilang bak Ditelan Bumi, Dikecam Warganet Israel
Seorang pejabat memperingatkan, pernyataannya dapat “mempersulit” perundingan.
Tuduhan Yair Netanyahu memicu reaksi keras dari para pemimpin emirat Teluk.
Salah satu di antara negara Teluk menyebut klaim Yair Netanyahu tersebut sebagai "kebohongan dan omong kosong yang tidak bertanggung jawab", menurut Haaretz.
Yair tidak menyebutkan 120 tawanan perang Israel yang ditahan di Gaza, yang sedang diupayakan pembebasannya oleh para pemimpin Qatar melalui kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Reaksi pejabat senior Qatar
Seorang pejabat senior Qatar, saat berbicara kepada Walla, menepis tuduhan Yair Netanyahu sebagai “kebohongan dan omong kosong yang tidak bertanggung jawab”.
"Perkataan Yair Netanyahu tampaknya telah disalin langsung dari buku pedoman organisasi ekstremis yang memusuhi dan menentang solusi damai apa pun untuk krisis di Gaza," kata diplomat itu kepada Walla.
"Klaim palsu ini tidak akan meredakan tekanan dari mereka yang lebih memilih untuk melanjutkan perang."
Pejabat itu juga menanggapi tuduhan tentang pendanaan Qatar terhadap universitas-universitas Amerika, dengan menjelaskan pembayaran tersebut bukanlah sumbangan, melainkan pengeluaran untuk kampus-kampus satelit universitas-universitas tersebut di Qatar.
“Qatar tidak terlibat dalam demonstrasi kampus-kampus baru-baru ini di AS,” pejabat itu menambahkan.
Menurut Times of Israel, Yair Netanyahu telah tinggal di Florida sejak tahun lalu setelah orang tuanya dilaporkan menuntutnya untuk berhenti mengunggah di media sosial dan menghindari komunikasi langsung dengan anggota parlemen atau menteri.
Langkah ini menyusul tuduhan, ia mengobarkan ketegangan di Israel dan memperburuk keretakan diplomatik dengan Amerika Serikat.
Selain kehadirannya yang kontroversial di media sosial, yang telah menyebabkan tindakan hukum , Yair telah menghadapi kritik karena tetap tinggal di AS meskipun perang pecah, sementara puluhan ribu warga Israel kembali ke rumah untuk bergabung dengan 360.000 prajurit cadangan yang awalnya dipanggil.
(Tribunnews.com/ Chrysnha, Andari Wulan Nugrahani)