TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin kelompok Ansar Allah Yaman (Houthi), Abdul Malik al-Houthi, mengumumkan kelompoknya sedang mengerjakan tanggapan konkret terhadap Israel, setelah serangan Israel di pelabuhan Hodeidah, Yaman pada Sabtu (20/7/2024).
Ia menegaskan serangan Israel tidak akan menghentikan Houthi untuk mendukung Palestina.
“Serangan Israel tidak akan mencapai pencegahan untuk mencegah operasi dukungan untuk Jalur Gaza, dan responsnya tidak dapat dihindari, dan operasi gabungan akan menjadi bukti perkembangan penting,” katanya dalam pidato pada Kamis (25/7/2024) malam.
Al-Houthi mengulangi ancaman terhadap Israel bahwa Houthi akan membalas serangan itu.
“Respon terhadap serangan Hodeidah akan datang, dan kami akan terus melanjutkan serangan fase kelima terhadap Israel," ujar Al-Houthi.
“Segala sesuatu yang terjadi di pihak musuh Israel akan menjadi insentif yang lebih besar untuk membalas dendam,” lanjutnya, seperti diberitakan Assabeel.
Sebelumnya, pesawat tempur tentara pendudukan Israel membom sasaran milik Houthi di dekat pelabuhan Hodeidah pada Sabtu (20/7/2024), menewaskan sembilan orang dan melukai 87 lainnya.
Serangan itu sebagai tanggapan atas drone Houthi yang meledak di Tel Aviv pada Jumat (19/7/2024) waktu fajar, yang menewaskan satu orang dan melukai 10 lainnya.
Sejak 19 November 2023, Houthi menargetkan kapal-kapal terkait Israel di Laut Merah untuk menekan Israel agar menghentikan agresinya di Jalur Gaza.
Houthi mengatakan mereka tidak akan menghentikan serangannya di Laut Merah sampai berakhirnya agresi Israel di Jalur Gaza, pencabutan pengepungan di Jalur Gaza, dan masuknya bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina.
Sementara itu sekutu Israel, AS, bersama Inggris membentuk koalisi Laut Merah untuk menyerang wilayah yang dikuasai Houthi di Yaman dan menekan Houthi agar berhenti menyerang kapal-kapal terkait Israel di kawasan itu.
Baca juga: Drone Kembali Hantam Target Vital di Eilat, Operasi Gabungan Milisi Irak-Houthi Kian Keras ke Israel
Jumlah Korban
Saat Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 39.175 jiwa dan 90.403 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (25/7/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, seperti dilaporkan Anadolu Agency.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel memperkirakan kurang lebih ada 120 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Sementara itu, lebih dari 21.000 warga Palestina yang masih berada di penjara-penjara Israel, menurut laporan Yedioth Ahronoth pada awal Juli 2024.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel