TRIBUNNEWS.COM - Aplikasi pencarian jodoh atau kencan sesama jenis Grindr tengah menjadi sorotan tajam bagi para aktivis LGBTQ+ di Eropa.
Hal ini terjadi setelah pihaknya menonaktifkan sejumlah fitur berbagi lokasi di Prancis jelang digelarnya Olimpiade 2024 yang dibuka pada Jumat (26/7/2024) ini.
Beberapa pengguna menyadari lumpuhnya aplikasi Grindr pada minggu ini setelah mereka tidak dapat menggunakan fitur "Jelajahi" di aplikasi saat berada di Desa Olimpiade di Paris.
Terkait kontroversi tersebut, pihak Grindr pun buka suara terkait pembatasan fitur di aplikasi mereka.
Grindr mengonfirmasi matinya fitur aplikasi tersebut di Prancis merupakan hal yang memang mereka sengaja lakukan.
Dalam rilis yang dibagikan perusahaan pada Jumat Ini, kebijakan tersebut diambil untuk melindungi atlet ataupun suporter dari risiko bentrokan atau perundungan antar negara yang pro ataupun kontra dengan kehidupan LGBTQ+.
Pihak Grindr mengaku bila aplikasi tersebut berjalan seperti biasa sepanjang Olimpiade di Paris, maka risiko bentrokan atau perundungan antara atlet ataupun suporter yang menentang ataupun mendukung kaum LGBTQ+ bisa terjadi.
Grindr juga mengatakan perubahan ini dilakukan untuk membantu atlet LGBTQ untuk fokus terhubung dengan sesama kaumnya tanpa khawatir secara tidak sengaja mengungkapkan keberadaan mereka atau dikenali.
"Tujuan kami adalah untuk membantu atlet terhubung tanpa khawatir secara tidak sengaja mengungkapkan keberadaan mereka atau dikenali," kata Grindr, menambahkan mereka telah menerapkan pembatasan serupa pada acara sebelumnya.
Potensi bentrokan itu juga didukung dari data OutSports yang menyebut setidaknya ada 155 atlet dari kaum LGBTQ+ yang ikut berkompetisi di Olimpiade Paris kali ini.
Belajar dari Kontroversi Kasus LGBTQ+ di Olimpiade Tokyo 2020
Risiko bentrokan atau perundungan yang dikemukakan Grindr dalam pernyataanya ini sendiri bukan isapan jempol belaka.
Baca juga: Potret Seragam Defile Tim Indonesia untuk Opening Ceremony Olimpiade Paris 2024
Pada gelaran Olimpiade sebelumnya di Tokyo, sempat viral kasus yang membuat atlet dari kaum LGBTQ+ menjadi bulan-bulanan perundungan di Jepang.
Hal ini terjadi setelah sejumlah pengguna media sosial di TikTok dan Twitter di Jepang menggunakan Grindr untuk mengekspos atlet atau suporter dari kaum LGBTQ selama Olimpiade Tokyo 2020.
Tren ini sendiri terjadi karena selama Olimpiade Tokyo kala itu, fitur "Jelajah" dalam aplikasi Grindr berlaku seperti biasa tanpa adanya pembatasan.
Dalam berbagai postingan yang viral kala itu, sejumlah content creator di TikTok ataupun Twitter membuat postingan yang mengekspos atlet mana saja yang ternyata dari kaum LGBTQ+ dan kemudian mengolok-oloknya di hadapan publik.
Postingan perundungan ini sendiri dinilai cukup mudah viral di Jepang mengingat menurut data dari Amnesty International, negeri Sakura termasuk negara yang secara sistematis mendiskriminasi kaum LGBTQ+ sehingga insiden ini tak mendapat respons serius dari pihak berwajib.
Alhasil, suporter ataupun atlet LGBTQ+ yang selama itu menyembunyikan identitasnya pun mengaku geram dan melakukan protes keras ke Grindr kala itu.
(Tribunnews.com/Bobby)